Minggu, 14 Agustus 2016

KANTOR PT.ANASINDO MEGA SEMESTA Mencari segera tenaga kerja

KANTOR PT.ANASINDO MEGA SEMESTA
Mencari segera tenaga kerja yang berpenampilan menarik.

- Pria/wanita
- Maksimal lulusan : SMA, SMK, SI,DI,DII,DIII. SI AKBID, DIII AKPER.
Ditempatkan sbagai karyawan tetap, UNTUK BIDANG FARMASI:
1.STAF MARKETING KARIR
2.STAF MARKETING NON KARIR
3.STAF OFFICE
4.STAF ADM

Gaji (UMR+BONUS HARIAN)
HUB, Pak ALI : 082 337 792 880
Penempatan di BOJONEGORO

Silahkan datang dan kirim lamaran anda ke :

PT. ANASINDO MEGA SEMESTA.
Jl. Lettu Suyitno No. 540 Mulyo Agung. Kec. Bojonegoro.

Sabtu, 29 November 2014

BERI TAHU AKU




Beri tahu aku ketika tangis telah melebur menjadi mahkluk yang diam seakan hidup tanpa mulut selamanya sehingga sesekali harus menggerakkan mata, mengerutkan dahi, menggeleng anggukkan kepala, melambaikan tangan bahkan jari jemaripun harus ikut serta hanya untuk sekedar satu isyarat yang tak pernah diartikan sama sekali, kemudian terbuang terbawa arus angin yang sekian lamanya mengelus elus tubuh yang lesu, beri tahu aku...

Jam dinding masih berdetak mengelilingi angka-angka mengegetkan mata-mata yang sekian lama mencari waktu, mengirimkan kecemasan yang terlata lata bahkan mungkin pula tak mampun diartikan sama sekali, dan saat itu pula jatuh menjadi kepingan-kepingan yang terbantahkan sementara ini tak mampu tersusun kembali menjadi utuh sedia kala. Tertulis kata yang seakan menjadi curahan tuk sekedar pelipur lara penghambar kecamuk rasa, mantera-mantera yang sekian lama terdzikirkan hilang arah.

Begitu lama sepertinya tak jemu kembali pada kebisingan yang memekikkan telinga pada kesunyian kini dan membiarkan gerutu sesal ini mendekam pada diri yang seakan menjelma pada gelap. Yang kini masih saja terdiam di bawah acehan waktu yang hilang.

Kini ku harus selelu terjaga di sepertiga malam karena haus ketenangan, seperti halnya Vampire yang haus darah mencari sambil melotot hingga puas tanpa dahaga.

Malam malam yang sunyi beri tahu aku di keheningan ini bahwa tangis tak akan lagi terbawa angin dan terguyur hujan agar diam tidak akan terus meraja menguasai kesunyian, bilamana malam telah datang katakanlah bulan dan bintang telah menyambut rindu mencabut diam pada gelap,menumbangkan masa yang sekian lama tak terartikan kemudian datang kembali dengan kata-kata yang tak lagi kaku dan tawa senyum yang tak lagi terbungkam oleh waktu,

Beri tahu aku....

Senin, 24 November 2014

DI ANTARA


Di setiap sesalku tersimpan rasa yang telah habis ditelan waktu
Merelakan segala arah yang sering kali menunjuk padaku
Sesekali memelototiku dengan sinisnya sorotan kata-kata
Banyak sudah yang telah tertulis tanpa publikasi
Bahwa diri ini hanya sebatashidup untuk mati
Dia, yang telah membawaku sejauh ini
Dia pula yang telah meniupiku hidup
Tak sekedar hidup dalam diam
Karena hidup tetaplah hidup
Pada sesal yang menerkamku
Kulantunkan nyayian ini
Untuk sekedar penghambar luka pengobat luka
Yang ku relakan tuk mati
Bahwa mati itu belum tentu mati

Kamis, 20 November 2014

E_DAN


Jika hak yang kau tuntut kenapa harus ada pada malam-malam yang sunyi lan sepi di gubuk-gubuk yang sesekali berbisik sedih kala hujan datang dan terik mentari meneranginya bersama hembusan angin, disana sesosok jelata menengadah disela-sela tangisan serta keluh kesahnya, sesekali terdengar haru ratap yang melengking dalam setiap harapnya bahkan tak bisa termaknakan walau nurani telah bersatu padu, disanalah ibu pertiwi bergitu berharap banyak akan segala yang telah terjadi, meratap kala mendengar, kami tidak bodoh tapi kami butuh sesuap nasi untuk ku makan bersama keluargaku karena kami bukan apa yang kalian fikirkan, disela-sela kesunyian terdengar pula tawa yang begitu nyaring sambil berkata " biarlah mereka berpanas panasan, berilah mereka makan biar tutup mulutnya ". sebegitu kejamkah dunia ini hingga harga diri sudah tiada mereka pandang saat jabatan mereka sandang, dengan segala persepsi yang ada, hanya satu yang akan tetap menakar pada alam, bahwa kami tak punya pemimpin yang bisa mensejahterakan anak cicit ibu pertiwi.

Rabu, 12 November 2014

KOPI YANG KU CAMPUR SEDIKIT MANIS


Semisal aku tak pernah ada disegala arah
Apakah kau tetap memilihkan kematianku
Disela waktu masih adakah fase kelahiranku
Aku yang masih dalam keheningan
Menutup dimensi kerancuan dan kebingungan

Bodoh!
Yang masih saja mengendap-endap di jalanan
Memaksa sunyi tuk teriak
Memanja pada malam dingin
Merayu saat siang meraja
Aduh, sungguh tolol rasanya ketiadaan ini
Katamu aku sempurna
Pada ketiadaanlah baru kau rasakan
Menitis pada keretakan yang tiada tara
Sedikit ku campurkan tawa pada kopimu
Biar sedikit manis saja,
Sementara rasa manis itulah pahit melebur
Yah, manis pahit dan pahit juga nantinya
Dalam ketiadaanku
Menjadi asam di kuncup keramaian
Memberi lambaian tuk sekedar berucap perpisahan
Sesekali ku harus merunduk
Walau gelak tawamu masih saja ku dengar dikejauhan
Aku hanya mampu mengeja kata menafsiri makna-makna
Begitu, agar aku tak mudah jatuh dalam jauh
Dalam ketiadaanku
Ku masih melebur pada pahit tuk ku campurkan sedikit pemanis
Sayang aku telah tiada lagi untuk sekedar berucap kata-kata.

Senin, 10 November 2014

DIMATA


Lihatlah mata yang selalu memabaca jarak pemisah
Menitis kerinduan yang tiada tara
Dengarlah dzikir yang masih ku lantunkan disepanjang malam
Menjadi penghantar lelap setia pada malam
Dari mimpi kemimpi yang hadir
Begitu jelas wajah waktu yang menunjukku pada mata
Aku berteriak walau tak terdengar
Aku meronta walau sia-sia
Bahwa aku hanya ada untuk menjaga jarak ini
Pada malam yang gelap ku dzikirkanmu
Pada lelap kantukku ku mimpikan adamu
Karena aku begitu Merindumu.

Selasa, 04 November 2014

UNTUKMU


Bagiku banyak artinya kata saat terlepas pandangan
Mengakhiri malam malam di keramaian saat itu
Memang sebegitu banyaknya kata dan langkah yang harus ku rangkai
Membuatku ada diantara begitu banyak tanya tanpa jawab
Namun kata hanyalah sebatas kata
Yang akan hilang saat angin berhembus di antara pijak-pijak lalu
Seperti ombak yang berdebur di lautan memecah kerasnya karang-karang
Terlupakan tiada terkenang
Menjadi duri pada setiap pijakan

dan,
Bagiku itu menjadi pelebur lara penghipur duka
Pada malam-malam yang sedang kala ku lukis kembali wajahmu