Semisal aku tak pernah ada disegala arah
Apakah kau tetap memilihkan kematianku
Disela waktu masih adakah fase kelahiranku
Aku yang masih dalam keheningan
Menutup dimensi kerancuan dan kebingungan
Disela waktu masih adakah fase kelahiranku
Aku yang masih dalam keheningan
Menutup dimensi kerancuan dan kebingungan
Bodoh!
Yang masih saja mengendap-endap di jalanan
Memaksa sunyi tuk teriak
Memanja pada malam dingin
Merayu saat siang meraja
Aduh, sungguh tolol rasanya ketiadaan ini
Yang masih saja mengendap-endap di jalanan
Memaksa sunyi tuk teriak
Memanja pada malam dingin
Merayu saat siang meraja
Aduh, sungguh tolol rasanya ketiadaan ini
Katamu aku sempurna
Pada ketiadaanlah baru kau rasakan
Menitis pada keretakan yang tiada tara
Sedikit ku campurkan tawa pada kopimu
Biar sedikit manis saja,
Sementara rasa manis itulah pahit melebur
Yah, manis pahit dan pahit juga nantinya
Pada ketiadaanlah baru kau rasakan
Menitis pada keretakan yang tiada tara
Sedikit ku campurkan tawa pada kopimu
Biar sedikit manis saja,
Sementara rasa manis itulah pahit melebur
Yah, manis pahit dan pahit juga nantinya
Dalam ketiadaanku
Menjadi asam di kuncup keramaian
Memberi lambaian tuk sekedar berucap perpisahan
Sesekali ku harus merunduk
Walau gelak tawamu masih saja ku dengar dikejauhan
Aku hanya mampu mengeja kata menafsiri makna-makna
Begitu, agar aku tak mudah jatuh dalam jauh
Menjadi asam di kuncup keramaian
Memberi lambaian tuk sekedar berucap perpisahan
Sesekali ku harus merunduk
Walau gelak tawamu masih saja ku dengar dikejauhan
Aku hanya mampu mengeja kata menafsiri makna-makna
Begitu, agar aku tak mudah jatuh dalam jauh
Dalam ketiadaanku
Ku masih melebur pada pahit tuk ku campurkan sedikit pemanis
Sayang aku telah tiada lagi untuk sekedar berucap kata-kata.
Ku masih melebur pada pahit tuk ku campurkan sedikit pemanis
Sayang aku telah tiada lagi untuk sekedar berucap kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar