Sabtu, 29 November 2014

BERI TAHU AKU




Beri tahu aku ketika tangis telah melebur menjadi mahkluk yang diam seakan hidup tanpa mulut selamanya sehingga sesekali harus menggerakkan mata, mengerutkan dahi, menggeleng anggukkan kepala, melambaikan tangan bahkan jari jemaripun harus ikut serta hanya untuk sekedar satu isyarat yang tak pernah diartikan sama sekali, kemudian terbuang terbawa arus angin yang sekian lamanya mengelus elus tubuh yang lesu, beri tahu aku...

Jam dinding masih berdetak mengelilingi angka-angka mengegetkan mata-mata yang sekian lama mencari waktu, mengirimkan kecemasan yang terlata lata bahkan mungkin pula tak mampun diartikan sama sekali, dan saat itu pula jatuh menjadi kepingan-kepingan yang terbantahkan sementara ini tak mampu tersusun kembali menjadi utuh sedia kala. Tertulis kata yang seakan menjadi curahan tuk sekedar pelipur lara penghambar kecamuk rasa, mantera-mantera yang sekian lama terdzikirkan hilang arah.

Begitu lama sepertinya tak jemu kembali pada kebisingan yang memekikkan telinga pada kesunyian kini dan membiarkan gerutu sesal ini mendekam pada diri yang seakan menjelma pada gelap. Yang kini masih saja terdiam di bawah acehan waktu yang hilang.

Kini ku harus selelu terjaga di sepertiga malam karena haus ketenangan, seperti halnya Vampire yang haus darah mencari sambil melotot hingga puas tanpa dahaga.

Malam malam yang sunyi beri tahu aku di keheningan ini bahwa tangis tak akan lagi terbawa angin dan terguyur hujan agar diam tidak akan terus meraja menguasai kesunyian, bilamana malam telah datang katakanlah bulan dan bintang telah menyambut rindu mencabut diam pada gelap,menumbangkan masa yang sekian lama tak terartikan kemudian datang kembali dengan kata-kata yang tak lagi kaku dan tawa senyum yang tak lagi terbungkam oleh waktu,

Beri tahu aku....

Senin, 24 November 2014

DI ANTARA


Di setiap sesalku tersimpan rasa yang telah habis ditelan waktu
Merelakan segala arah yang sering kali menunjuk padaku
Sesekali memelototiku dengan sinisnya sorotan kata-kata
Banyak sudah yang telah tertulis tanpa publikasi
Bahwa diri ini hanya sebatashidup untuk mati
Dia, yang telah membawaku sejauh ini
Dia pula yang telah meniupiku hidup
Tak sekedar hidup dalam diam
Karena hidup tetaplah hidup
Pada sesal yang menerkamku
Kulantunkan nyayian ini
Untuk sekedar penghambar luka pengobat luka
Yang ku relakan tuk mati
Bahwa mati itu belum tentu mati

Kamis, 20 November 2014

E_DAN


Jika hak yang kau tuntut kenapa harus ada pada malam-malam yang sunyi lan sepi di gubuk-gubuk yang sesekali berbisik sedih kala hujan datang dan terik mentari meneranginya bersama hembusan angin, disana sesosok jelata menengadah disela-sela tangisan serta keluh kesahnya, sesekali terdengar haru ratap yang melengking dalam setiap harapnya bahkan tak bisa termaknakan walau nurani telah bersatu padu, disanalah ibu pertiwi bergitu berharap banyak akan segala yang telah terjadi, meratap kala mendengar, kami tidak bodoh tapi kami butuh sesuap nasi untuk ku makan bersama keluargaku karena kami bukan apa yang kalian fikirkan, disela-sela kesunyian terdengar pula tawa yang begitu nyaring sambil berkata " biarlah mereka berpanas panasan, berilah mereka makan biar tutup mulutnya ". sebegitu kejamkah dunia ini hingga harga diri sudah tiada mereka pandang saat jabatan mereka sandang, dengan segala persepsi yang ada, hanya satu yang akan tetap menakar pada alam, bahwa kami tak punya pemimpin yang bisa mensejahterakan anak cicit ibu pertiwi.

Rabu, 12 November 2014

KOPI YANG KU CAMPUR SEDIKIT MANIS


Semisal aku tak pernah ada disegala arah
Apakah kau tetap memilihkan kematianku
Disela waktu masih adakah fase kelahiranku
Aku yang masih dalam keheningan
Menutup dimensi kerancuan dan kebingungan

Bodoh!
Yang masih saja mengendap-endap di jalanan
Memaksa sunyi tuk teriak
Memanja pada malam dingin
Merayu saat siang meraja
Aduh, sungguh tolol rasanya ketiadaan ini
Katamu aku sempurna
Pada ketiadaanlah baru kau rasakan
Menitis pada keretakan yang tiada tara
Sedikit ku campurkan tawa pada kopimu
Biar sedikit manis saja,
Sementara rasa manis itulah pahit melebur
Yah, manis pahit dan pahit juga nantinya
Dalam ketiadaanku
Menjadi asam di kuncup keramaian
Memberi lambaian tuk sekedar berucap perpisahan
Sesekali ku harus merunduk
Walau gelak tawamu masih saja ku dengar dikejauhan
Aku hanya mampu mengeja kata menafsiri makna-makna
Begitu, agar aku tak mudah jatuh dalam jauh
Dalam ketiadaanku
Ku masih melebur pada pahit tuk ku campurkan sedikit pemanis
Sayang aku telah tiada lagi untuk sekedar berucap kata-kata.

Senin, 10 November 2014

DIMATA


Lihatlah mata yang selalu memabaca jarak pemisah
Menitis kerinduan yang tiada tara
Dengarlah dzikir yang masih ku lantunkan disepanjang malam
Menjadi penghantar lelap setia pada malam
Dari mimpi kemimpi yang hadir
Begitu jelas wajah waktu yang menunjukku pada mata
Aku berteriak walau tak terdengar
Aku meronta walau sia-sia
Bahwa aku hanya ada untuk menjaga jarak ini
Pada malam yang gelap ku dzikirkanmu
Pada lelap kantukku ku mimpikan adamu
Karena aku begitu Merindumu.

Selasa, 04 November 2014

UNTUKMU


Bagiku banyak artinya kata saat terlepas pandangan
Mengakhiri malam malam di keramaian saat itu
Memang sebegitu banyaknya kata dan langkah yang harus ku rangkai
Membuatku ada diantara begitu banyak tanya tanpa jawab
Namun kata hanyalah sebatas kata
Yang akan hilang saat angin berhembus di antara pijak-pijak lalu
Seperti ombak yang berdebur di lautan memecah kerasnya karang-karang
Terlupakan tiada terkenang
Menjadi duri pada setiap pijakan

dan,
Bagiku itu menjadi pelebur lara penghipur duka
Pada malam-malam yang sedang kala ku lukis kembali wajahmu

Senin, 03 November 2014

SAJAK MASA PERALIHAN


Kala hari telah kubunuh diriku
Ku ukir kembali sejarah di batu nisan peralihan masa
Menerjang pada malam yang telah sekian lama membingungkanku
Adalah menanti tiada dinanti yang sedianya telah ditetapkan
Menjadi lonceng pembuka masa sesaat telah ditafsirkan asalku kembali
Masa yang telah lama memuncratkaku ke alam ini
Dimana alam yang telah berkali kali menikamku
Menggorok ucapku
Mencabik cabik rasaku
Serta bekali kali jua menikamku
Sesekali ku mengerang pada yang ada
Tiada satupun yang menghampiriku
Bahkan ada kalanya mereka hanya menertawakanku
Pada segala kata kata najis yang terumpat ke jantungku
Aku sabar dalam diam walau tak tenang
Ibuuuuu, anakmu telah mati berkali kali dan berkali kali pula anakmu bangkit
Setelah sekian lama kumdnderita kini telah kubunuh sendiri diriku
Berharap aku terlahir kembali dengan muka yang berbeda pula
Agar mereka tak tau bahwa ku bangkit tuk beranjak kemedan laga yang sebenarnya
Masa yang membuatku bigung akan berhenti di pekuburaku
Wahai yang ada di masa peralihan ku gemakan mantera penghipnotis segala
Kabulkan, kabulkanlah!
Lonceng berdentang dentang pertanda masa peralihan telah datang
Sembari ku bunuh diriku dalam mantera
Ku mulai ukir sejarah di batu nisan peralihan
Kubur ku kubur
Dalam diam menantikan materaku jadi nyata adanya
Sesekali ku menggeliat mengerang dalam fikiran yang tenang
Tak kan ada yang membunuhku lagi
Dan di persetubuhan waktu ku lahir kembali dalam lihainya masa yang ditentukan
Ibuuuu, ini aku yang lama telah kau dambakan!

Surabaya, 3 Nov 2014 tuk 2 Nov yang berlalu

Minggu, 26 Oktober 2014

KATA


Saat semua bocah mulai berlarian disepanjang jalan
Dikala Semua orang sibuk dengan hidupnya sendiri-sendiri
Disini sebuah kata begitu menggema mencari jawaban diantara setip tanya
Sembari terus saja mencari imaji yang terlukis pada benak pada lalu
Kata yang semakin kebingungan mengerutu pada segala tuk sekedar mencurhatkan persaksiannya yang terlepas di jalanan
Walau tanpa bahasa yang bisa termaknai serta abjad yang harus tereja
Inilah sebuah kata yang menceritakan tentang sebuah harapan
Dimana matera telah terlontar tuk kesekian kali pada petang yang masih saja sepi
Menjadi anggapan yang seakan sunyi dikeramaian
menjadi situasi petang yang penuh misteri


Sabtu, 25 Oktober 2014

BUNDA DENGARLAH...




Sesak dada ini bukan karena sakit bunda
Bukan pula karena asap rokok mengepul menysakkan nafas ini
Bukan pula karena kanker paru-paru bunda
Namun, sesak dada anakmu ini hanya karena kata-kata yang telah melebur pada bumi
Doa-doa yang menguap bersama hembusan angin seliweran
Dan juga malam yang begitu dingin ini telah kusaksikan
Segala awal yang telah sia-sia
Tenggelam di lautan sesal saja
Namun anakmu ini bunda, kini terdiam seribu kata serta bahasa
Bunda, aku yang mencarimu tuk sekedar bercerita tentang sesak ini
Disini bunda.

Kamis, 23 Oktober 2014

EPISODE PETANG



Petang ini aku mengigaukan wajahmu
Di ruang yang menghimpitku dalam mendalam
Berjejer diantara kepingan kegundahan yang memuncak
Aduhai ku teriakkan kembali nama dijiwa ini
Sedalam dalamya

Disaat aku mulai lupa dengan malam yang telah memenggil tubuhku
Yang sementara bisik demi bisik ke dengar lirih dilobang kupingku
Dan petang yang begitu masih saja membelai tubuhku
Meraba raba disetiap tubuh mungil ini
Sekali lagi ku sebut namamu
Jelas dan lugas

Kemudian, malam yang semaki larut mulai tak sabar menungguku datang
Mengkerutkan dahinya sembari terus menggerutu
Sampai akhirnya menggertakku pada igauan wajah yang menyebut namamu
Disekian waktu yang tersita

Disini aku kembali terjaga atas igauan dan lupaku.

Senin, 13 Oktober 2014

UNTUK ADEK


Bagiku, kau kabar baik dipagi hari
Walau tanpa koran yang harus ku baca
Serta secangkir kopi panas harus ku seruput perlahan
Buatku tersenyum dalam dinginnya angin dipagi ini

Bagiku, siang yang begitu panas membuat keringat membasahi tubuh
Memandangi wajahmu yang kekanak kanakan
Adalah payung harapan siang ini
Bangkit mengejar segala harapan

Bagiku, kau bagai senja di sore ini
Adalah cipataan Tuhan yang begitu sempurna
Hingga ku tak jemunya terus memandangi
Senyum dan gelak tawamu

Bagiku, malam dikala kau beranjak tuk terlelap
Bukanlah akhir dari segala
Karena kau kan segera datang kembali
Membawa kabar baik disetiap pagi pagiku

Sabtu, 11 Oktober 2014

PAGI YANG REDUP

Pelan pelan matahari mulai meredup, sayang.
Sementara kita masih asyik bermain di sisi ini
Tuk sekedar bermain tawa dan suka
Sesekali bertanya tentang ruang yang terus memandagi kita
Dengan waktu yang masih semuda ini
Bahwa kita masih berlarian menebak kata
Kemudian memaksa kita harus berpisah pada lelap tuk mimpiku dan mimpimu

Kamis, 02 Oktober 2014

TRAGEDI DI RUMAH INI

Di rumah ini
Aku tentu bingung dengan jalan pikiran kalian
Tentang cemoohan di singgasana istimewa rumah ini
Meneriak tanpa bahasa rohani
Siapa yang menjelma siapa
Menjadikanku semakin geli dengan geliat kekinian kalian
Apa munkin sudah tiada lagi bahasa murni hingga aku harus mengerut terheran
Sementara mantera serta jampi-jampi kemudian melebur pada kotoran yang kalian buang di toilet kala itu
Setelah duduk diatas kekuatan angka-angka
Bermodal tampang ini dan itu
Aku bingung
Besok pagi rumahku akan hancur menghilang dari peta.

CATATAN DISISA HARIKU

Kalau saja ada yang bilang aku hanyalah sebongkah batu
Mungkin saja ada benarnya juga
Sehingga kasak kusuk gencarnya menggema di segala sudut
Membising di sepenjang lorong-lorong
Melengking di setiap pasang telinga
Diam, itu aku!
Yang berada di sudut zaman terhimpit lajur kehidupan
Mendekam disebagian malam gulita
Terdiam sendirian pasan sunyi
Tanpa kata, tanpa bahasa
Namun jika ada yang bilang aku hanyalah kekonyolan kehidupan
Diamlah, bungkam saja mulutmu itu dari segala prasangka yang membayangi hidupmu
Itu aku.
Karena ini adalah hari terakhir hidupku dari segala yang telah lalu.

Minggu, 28 September 2014

IYA

Rasanya seperti malam gulita yang menelanjagi hidup ini
Menakar di sepenjang jalan berlalu
Hingga pikirpun tak mampu mengeja makna-makna jalanan
Tak ada pilihan lain seprtinya
Hanya mampu mengangguk atau sekedar sahut ya,
Walau kadang kala menggeleng adalah suatu pilihan
Entahlah, sungguh edan rasa ini
Seperti mainan bocah yang membingungkan tuannya
Inilah rasa dimana pilihan tak lagi ada dua,
Atau banyak
Bahwa iya adalah diraja dari setiap tanya yang membutuhkan jawab
Rasa pahit yang tertelan.

Rabu, 24 September 2014

ARAH



Kali ini dia telah teriakkan segala riak hidup yang mulai mengeruh
Pada dunia yang mengurungnya
Bahwa hari telah menjadi jalan penyegerak
Serta waktu yang memasung nafasnya
Ceritakanlah, Bahwasanya masih terpenjara disini

Selasa, 16 September 2014

PERSIMPANGAN

Bukankah begitu lirih memang ku bisikkan di pelataran jalannya waktu
yang sementara bintang masih belum berlalu katanya
Aku mendekam mengerami rintih kelam
Dalam mendalam
Memang begitu gelap malam hingga suara tak kan terdengar tanpa angin
Karena mata tiadapun melihat segala
Sedang saja apa kau di sana memelototiku dengan beribu kecurigaan
Tidak iya juga bukan
Hanya sebatas saja
Sesekali bibinya berubah menjelma senyum yang lenakanku
Juga tak lewat berubah menusuk pandangan
Aku hanya memangku batu disisi
Seakan matiku kan tertimbun luka menahun
Sementara ini masih saja ku bisikkan lirih di pelataran jalannya waktu

Senin, 15 September 2014

LEGENDA 1323 MALAM

Terimakasih dunia engkau telah temukanku dalam diam
aku kembali padaMu dalam tafakur malam yang terbelalak
menyuratkan kata untuk seutas tali tersampul sunyi senyap
lamunan yang sementara ku kejar
kini aku lihat dalam dekapan malam bersama tarian nyamuk nyamuk
biarlah gelap menyambut malam namun siang ku lihat disisi
terimakasih aku menyapamu atasNya.

Sabtu, 13 September 2014

PAGI TADI

Pagi
berjalan bersama langkah canda tawamu
sesaat sebelum kau ingatkan sedikit sentuhan
bercerita dengan tanpa kata dan sahutan
bukan pula hanya komat kamet seperti dukun ucap mantera mantera
tercengang sedikt kaget pula
karena ini bukan saat tenang
Pagi
sebelum berucap kata kata
merasakanmu menjadi petak umpet
dibalik kain pembungkus lelap
setelah sapa mengendus di telingan
mulai sudah menarik lelah membuka mata
Pagi
temukanlah dalam persembunyian diam ini
pada kebingungan yang melekat
membungkus hingga kedap suara
disetiap arah tanpa warna
melelahkan teriakan demi teriakan
Pagi
disini diantara sampah masa lalu yang menyengat membongkar tiang penciuman jiwa
hingga terlupa dan terbuang
tanpa beda


13 September 2014

Kamis, 11 September 2014

LANGKAHKU

Bila ku telah tiba dihari yang menguji langkah lelahmu selama ini
saat waktu telah lewat di depan mataku
di samping telingaku
telah ku cukupkan sudah tugas iringi disetiap langkah langkah
dari setiap lembar demi lembar yang membaca waktu
dari setiap abjad yang memaknai langkah
telah ku cukupkan pula dalam segala arah
dan bila mata telah terpejam aku kan mempipikanmu dengan indah

Rabu, 10 September 2014

EPISODE KELABU

10 September 2014
Hari ini sebagai sosok bisu yang mendongengi lelapku
mengajakku bersua dalam diam
menemani langkahku dalam buta
dalam sepi meneriakiku pada sunyi
hari ini sosok remang yang menyelimuti dingin malam malamku

Selasa, 09 September 2014

DONGENG BISU


11 Januari 2011
AKU RINDU MALAIKATKU TUHAN. . . !
Airmatamu bayangan yang tak bisa terhapuskan dalam benakku,
Airmatamu ada bukan tanpa makna
Dialah malaikat yang aku punya, tanpanya aku hanyalah segumpal darah menjijikkan,
Ingin rasanya aku melihat kembali senyummu yang kini masih mengalir dalam tubuhku, tangismu adalah matiku dan senyummu hidupku, maafkan aku yang jauh darimu, namun padamu ku tuliskan abjad kerinduan selamanya.

11 Januari 2011
Sudahkan anda bersyukur atas apa yang anda punya hari ini pada Tuhan. . . . . . ?

12 Januari 2011
Titik putih bersinar menemani malam suntuk tak pernah tidur. . . . . . . Kalaupun tak di sini di sanapun pasti sama;

19 Januari 2011
Madura izinkan aku melukismu dengan tinta emasmu berselimut tetesan air mata rindu, antara abjad keindahan masih terpatri dalam kabar maupun kobar masih aku junjung celuritmu kala waktu memintanya, madura izinkn aku

20 Januari 2011
Bagaimana suara bisa terdengar padahal burung pipit bernyanyi dengan celoteh berbisik

20 Januari 2011
Ami', Abi', Adek, smwax, q kangen
#######
pengen plng. . . . . . .

23 Januari 2011
Tak selamanya indah itu menyenangkan

30 Januari 2011
"Indonesia krisis keadilan dan kemakmuran". Kenapa Indonesia harus seperti ini, masihkah ibu pertiwi memangku kita tanpa tangis dan ratapan?. Ibu inilah Indonesiamu sekarang.

Apakah anda sependapat atau kontra. . . . . ?

Suarakan argumen anda disini . . . . .

28 Mei 2011
malam_malam kelam
mendekam_mencekam............
awas jangan macam_macam............!

2 Juni 2011
simponi malam merindukan siang tempo duloe.............

7 Juli 2011
Kini rembulan belum menampakkan sinarnya. . . . .
Kala bintangku menunggu malam hiaskan cahaya rembulan mu. . . .

Kapankah kembli lagi. . . ?

9 Juli 2011
Izinkan aku melukismu
dalam setiap ruas hdupku
dalam suka n duka
antara siang dan malam
ku pendam pada kalbuku
dalam mendalam
jadikan aura pusaka hidup matiku
antara senyum tangis
izinkanlah
dan dalam lelapku aku tetap melukismu

10 Juli 2011
Dikala mentari mulai memalu pancarkan sinarnya
memecah waktu dun_ya
sejak adam menemukan hawanya
hingga mentari lelah, bingung akan rumahya

16 Juli 2011
ALHAMDULILLAHI RABBIL 'ALAMIIN, Engkau telah memberikan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup hamba_Mu ini. Berkatilah serta lindungilah kami Ya Allah Ya Rabby. . . . Ameen
_abie, ummie, akhy ,ukhty, uztadzy, habiby, wa kulluha_

1 Agustus 2011
TUHAN. Hamba ingin rasanya menjabat "asta" Engkau Wahai TUHAN. Agar hamba_Mu ne tw khan kehalusan serta kelembutan "asta" Engkau Wahai TUHAN.

5 Agustus 2011
_Man Ahabba Syaian Faqad Kasuro Dzikruhu,
Ahbib habibaka Haunam Maa 'Asaa Ayyakuuna Bagiidata Mauman Maa,
Wabqid Bagiidaka Haunam Maa 'Asaa Ayyakuuna Habibaka_ òó

9 Agustus 2011
Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.

9 Agustus 2011
Yaa Ayyuhannanafsul Muthmainnah Irji'iy Ilaa Rabbikaa Roodhiyatan Mardhiyah Fad Huliy Fiy 'Ibaadiy Wad Hulii Jannatiy _Al-Fajr 27-30_

23 Agustus 2011
Orang bijak dlm membhas yg namax hubbun beliau sllu berkata

_Ahbib Habiibaka Hauman Maa 'Asaa An-yakuuna Baghiidata Mauman Maa.

Wabqid Baghiidaka Hauman Maa 'Asaa An-yakuuna Habiibaka_

23 Agustus 2011
Yg trindh hx bs q knang saat u n q trblut cnta
yg trlht kau tak sprt biasa mungkn tlh tmukan pnggnti driq
smw yg ku lkukn tuk mbwtmu sll mncntaiq
pa yg tlh q brkan tak snggp lg bwtmu t"p mlikq
slh pa u mmbnciq
slh pa u mningglknq
andai q tw u tk inginkn q

24 Agustus 2011
Saat jauh drimu trlntas nada dlm bnakq
bnrkh dbnakmu hx driq yg brthta
pkah ni slmx?
Saat q ddktmu isi ht kclq brtnx
bnrkh yg u rs hx driq yg u puja
pkh ne slmx/hx smata?
Tlh q bri sglx cnt yg tnp akhr yg hx trcpt u/ u
mstx smw jd awl yg indh tnp akhr

25 Agustus 2011
Nikmatilh smw knikmatan dg bisukrullillah. . . .

27 Agustus 2011
Berikanlah tongkatmu kepadaku
biar ku pukul kau
dengan karenamu

28 Agustus 2011
Dlm Shafaa da aku & engkau
krnanya ku mmnggil engkau Shafaa_ku

Shafaa_ku,
Daku dsni mnunggu engkau mngemban luka te"skn drah yg msh sgar trce"r
mmbwtku trkapar tk brdaya
Shafaa_ku
adakh engkau sudi obti luka ni?

Shafaa_ku
daku msh t"p stia mnunggmu
Uzh

30 Agustus 2011
Jika hidup bukanlah kehidupan;
sungguh sudah ku buang jauh campakkan dari diri!

3 September 2011
Pada saatnylh sesuatu yg tak terduga kan tiba hingga jatuh mengejutkan kalbu bak tentara semut membungkus tubuh, entah dengan papun itu
tetaplh lewat jalan kemauanNx

4 September 2011
Terimakasih semuanx. . .

. . . .

6 September 2011
Apa yang telah kita lihat dlm hidu ini adalah sebuah fatamorgana belaka
ingat itu!!!

6 September 2011
Telah ku cukupkan malam sunyi ini
saatx mata terpejam menenangkan hati
serta melihat semuanx lewat naluri
bertutur kata dgan perasaan
bersma sama dalam kesetaraan
demi sebuah kesucian jiwa

11 September 2011
Salahkah aku???

11 September 2011
Bias api takkan bisa terelakkan
jika memang bukan yang terbaik
mengapa harus sentuhan membangunkannya

21 September 2011
Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Fikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berkata-kata sama sekali.

Sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan,
Fikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa,
Fikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kita mengeluh bahawa kita buruk,
Fikirkan tentang seseorang yang berada pada keadaan yang terburuk di dalam hidupnya.

21 September 2011
Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.

Pikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

21 September 2011
Hiduplah seperti lilin menerangi orang lain, janganlah hidup seperti duri mencucuk diri dan menyakiti orang lain

23 September 2011
Pada selembar kain kusut menutupiku. Bicaralah, gar smwx mengerti betapa sulitx mengemis keadilan demi anak cucu kami
demi selembar koran usang membri dongeng tampa ubh sdikitpun temani setiap lelapku, teriaklah, gar kami mendapat tempat tinggal yg layak serta penddkan tuk mengasah otak generasi kami
wahai yang para pemilik hati. . .
Aku menangis bkanlh sdih melainkn sudah bgtu lelah tak dlihat

25 September 2011
Sayup _sayup angin mengisi disetiap sendi kgelapan malam terlantun tak

28 September 2011
Menitir lorong masa yg tlah usang
mengarat tak terjamah
cicak cicak malam bermunajat
ingn rasax menggaris kembali kerapuhan d setiap detik detik yg telah tertitah jauh
pada diri q manjakan rasa
kembli jari jemari ni menyusuri d stiap sela" yg lalu untuk bsok

3 Oktober 2011
Lalu lalang perjlanan masa masih pagi bersma hembusan angin malam membelai lapisan tubuh pemagi
memanggil pada setiap jejak terlalu
alangkah sunyix jikalau lenyap
tinggal jejak telapk kkix yg trsisa
tnp tawa atopun teriakn memech ksunyian malam
lantas pemagi terus menjejaki d setiap langkhx
walau masa tak lag sunyi
antra lalu lalang masax

9 Oktober 2011
Apakah sudah membatu hingga sulit terhancurkan?
Sungguh dunia aneh!

10 Oktober 2011
Aneh,
kmaren suara masih terdengar dari langit begitu menggema pada lautan
sementara pada lautan luas terdengar suara yg begtu menyayat jiwa mengharukan tak terdengarkan pada langit.
Sungguh aneh"

11 Oktober 2011
Susahx mengemis ste"s air hanx utk mengganjal dahaga keadilan n kmakmuran yg kian usak pada sosok yg mengira saudarax lenyap terhijab kdigjayaan.

20 Oktober 2011
Mataq tertuju k satu ti"k yg telah berubh bntuk, sprtix da yg hilang. Kelam gelap hanx lmpu kcil menerangi kotak besar seribu jari, sepertix gag da yg salah dgnq hngga terjamah dalam tiadaq antara gelapx waktu

21 Oktober 2011
Bru skejap q tu"pkn mata
trnyata sudah brubh bgtu parahx
bak bday api menyelimuti. . .
Sprtx wkt menympan berjuta gerak rahasia terhijab

22 Oktober 2011
Manusia tak lepas dari problema, permasalahan dan dinamika kehidupan. Hanya orang-orang yang mampu menyikapi dengan bijak lah yang mampu bertahan.

22 Oktober 2011
Jika kamu takut melangkah, lihatlah bagaimana seorang bayi yang mencoba berjalan. Niscaya akan kau temukan, bahwa setiap manusia pasti akan jatuh. Hanya manusia terbaik lah yang mampu bangkit dari ke jatuhannya.

22 Oktober 2011
Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati (sahabat) tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu,
Ingat untuk berterima kasih padanya.
Karena ialah yang membantu mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Tersenyumlah dengan wajar .
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang cinta

24 Oktober 2011
Kala mata terbuka lihatlh pa yg kau lihat sblum tertutup
namun kala mata tlh tertutup renungkanlh n fikirknlh pa yg kau lihat selama masih terbuka.

25 Oktober 2011
Layakx bulan menerangi bumi
bintang gemintang menghiasix
sungguh indah terlihat
setiap hati pasti terguyur ketenangan d setiap menatap keindahan terpancarkan
tak kan takut lg pancungan siang
cz hanx sejenak saja.
Hemmb

26 Oktober 2011
Terlhat jendela diluar cahaya masia memancarkan cahaya seutas penglihatan terjaga tuk menyentuhnya segera

26 Oktober 2011
Lihatlah saat mentari sore mulai tenggelam harap tergantikan mlm dsana nanjauh d sblah barat terpancar cahaya kmerahan pertanda mlm kan datang memasung waktu memancung siang, d dkatnx ada aku yg menunggu masa kembli ceria tanpa rintih kenistaan pada setia jiwa jiwa pencri kesenangan diri

27 Oktober 2011
Kadang kenangan tak harus terkabulkan
namun
pelajaran yg penting dapatlah dpetik dlm ketidak terkabulkan itu.

27 Oktober 2011
Tatapan hati tak mampu membendung hasrat memblenggu batin seakan jiwa tak mau memejamkan rasa tanpa ungkapan alfa terjepret sesaat
ahh, mungkin saja hanx seutas hal aneh antara tetesan cinta pada dekapan sang ibu trhadap putrax
naif sekali kala masa tak lagi terjangkau hanx jiplakan sesal jadi dongeng penganantar tidur
namun hasrat ni mang msh membatu yg hanx bisa terlelehkn bersama terombkx tebing hijab tertulis oleh jengkal" setiap manusia
dsna terpampang hebatx anganku
huh, selesailh sudah tiada sesal

27 Oktober 2011
Pada angan daku tancapkan
Pada angin daku krimkan
pada langit daku jadikn jalanan
pada bumi daku jadikan jejak
pada bulan daku jadingan arah
pada gemintang daku jadikan hias mantra
pada daku daku jadikan daku dalam dikaudaku
sembahkan dakudikau
ciptkan dikaudaku
jadikan dakudikaudakudikaudakudikaudaku
hingga tersisa alif dakudikaudakudikaudakudikaudaku

28 Oktober 2011
Menyakitkan sekali kala panah yg tertncp d dadaq dgn tiada bekas luka lagi tercaut brsma permainan abjad.abjad genggam dri tanpa terbagikan, tidak jga driku

28 Oktober 2011
Rebahkan seluruh kehdupan pada seutas sajadah lusuh tak brsura diri menghaturkan smesta sejarah diri seraya renungkan mantra" Ilahiyah

30 Oktober 2011
Pgi basah tngisn smlm
trsimpan ti"k kbhgyaan dstiap te"s tgukan smesta
bgai intan keci brnilai besar
seakn kemarau menyelimuti mulai malu melangkah
trasahkn kala smwx trlelap
entahlh, sprtix smlm smesta terbngkitkn knbli, hngga ppohonn memulai kmbli jjakx, kumbng" seakn rindu mncumbu bunga" tatkala kelam brsma ttesan mmenggal dahaga kemarau
alangkah bhgyax
alangkah mesrax knikmtn trcipt tertumphkn smalan

1 November 2011
Daku,
bisu: diam
diam:
tak da saut sapa menjelma
bisu:
yah. . . Akulah itu

termagu antara hiruk piuk nyanyian fatamorgana

tak da tinta yg merebhkn kesan, kesan
tontonkn diri dlm daku

yah.
Daku

1 November 2011
Wahai para belut kerakusan, jgn sekali kali kau torehkan mimpimu pd batu batu d sekelilingmu, karena batu itu hanya sebatas patok kelemahanmu n bzok kn kau hanx jadikan batu nisan otak kami.
Karena diammu kn buat kami tersendat sendan
smentara kematian kami tu terletak kala kau brgerak,
lenyap sajalah kau,
cz kami tak ingin kematian sampai kpnpun.

2 November 2011
Pagi, ternekam jelas nyanyian buruh bersahut sapa pda setiap aura ranting" pohon
dibawanya nyanyian agung sajak" pemagi
kala sang burung mendapatix keindhan antara lorong" panjang membentang

aku mash menctatx. Smw
para pemulung msh setia menjamah sampah" yg brserakn bgtu jga aku
aku dalah si pemulung itu, dalam diri
walau hanya sebatas rasa saja

matahari sudah menapakkn sinarx
nyanyian burun sudah usai
hrus nunggu ruang lain memulaix

mendarah daging antara pijakan tertinggal
kini kakiku mulai melangkah
dan menapakki kendali waktu
ciptakn torehan hdup beri harap "Tuhan harapanku

tadak siang, malam
jadknlh sama dlm alunan dongeng permaisuri d kerajaa waktux
lalu lalang angin melesat
tapi, pemaisuri diri jadi saksi, burung" si penyanyipun tiada pudar, memuat masa pada lembran lusuh, tergores indah pada lembran baru

5 November 2011
Warna warni bianglala terlhat setelah hujan reda di antara dua belah benda bumi dan langit yg berawan putih berbinar binar mulai memudar sudah entar kmana perginx
entahlah, terbwa angin atopun angan
terbwa chaya atopun cita"
smentara bayangx msh menjelma dstiap ti"k pandangan lalu lalang terjejaki
seperti lilin menerangi kegelapan, hanx satu lilin yg menjadi sorotan dlm diri.
Mshkh bara kerinduan terjaga baik
terkado elok tuk sbuah penantian yg tak terhingga
ktahuilah, diri msh menjaga istana megah yg tercipta kemaren kala 12 bulan" setia menulis pada harix melahirkn sejarah indah terlantuni

12 November 2011
bla q skt dam lunglai q sadar law masih da byangmu d kalbq, tak mau kau lpskan tali erat yang segaja cipta untk cita n bunga indah d kbun indah yg trcipt dg pnu hrap tanpa kmarau kembang trtanam

15 November 2011
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

1 Desember 2011
Sayang Chairil Anwar sudah tiada gerak semi tuk mengisi otak" manja kita serta msh blum sampai pada ke seribu tahun yg Chairi Anwar utarakan "aku akan hidup seribu tahun lagi"

2 Desember 2011
Suntuk pada kegelapan hom pim pa anak anak berkejaran

3 Desember 2011
Tetesan linang air hujan berkilauan bukan mutiara tumpahan arus peraduan perasaan
tersapu halus tapakan dua sentuhan mengelus elus lembayu kegalauan
saat hujan masih antara rona terik mentari
menunggu rembulan menapakkan wajahx pada haru sang empunx

3 Januari 2012
"RENGSA"
Mau jadi apa aku kalau Tuhan memecatku detik ini juga?
Sangat tidak mungkin bila ku mencari Tuhan lain lg bahkan ku tak akan mau bertuhan lg selain Dia. . . . . !!!

4 Januari 2012
Tiada arti tidak pula sunyi bukanlh sepi namun tak sendri, itulh "RINDU"

8 Januari 2012
_BISIK_
Brbuah jangan tak beri sentuhan
hanx bisik bisik rasa untuk terbang dalam mimpi mimpi kemaren
usa tundaan kata tahan
lelap dalam angan namun mata msh terbelalak
walau sempat singgah d antara keindahan sementara
simpan sajalah_
luapan demi luapan tak terbendungkan
hanx sebatas jari jemari merengek rengek mencri ruang dalam gelap
tercium desis sedkit saja
sudahlh_
ada mata dsana yg mungkin membaca kancah dalam pojok rebahan diri
sungguh sulit ajak untk dalam suntuk diantara bentuk
sumuk_

9 Januari 2012
_LESSO_
Blong_
tapak tapak sayap tepi kehulu
tak berurat tak bertulang
hela nafas terbingkai dalam rinduh
dedaunan hijau lenyapkan rintih
antara kicauan burung katak beroda lantunkan yanyian seperti biasa bebek kekinian juga tak mau kalah
namun blong tetap tetapaki
cz sayap ni tersayat lelah
tuk kehulu ambil baju molek suara indah
tuk tutupi ruang keruh kesah
lesuh namun tak mau patah

12 Januari 2012
_RIUH_
Seperti yanyian hujan mengusik daun mengharap angin tapakkan arahx
seperti bayang semu membatu melepas lelah pada seutas tubuh letih angkut manja
seperti tangis rerumputan toreh kegalauan

14 Januari 2012
Bayang menyuara jemput angin riuh candu aura ungkap kdantangan bunga melati yg tak kunjung merekah

17 Januari 2012
"KUBANGAN YANG MENYUNGAI"
Kepada kaki" penapak sungai d jalanan yg memadupadankan kubangan cz tangisan
ratusan bhkan ribuan tetesan jatuhi td kala rembulan sembunyiknx dlm gumpalan msh tetap menjauhkan tepimu yg hilang
kehangatan hanx sebtas lutut" melotot
cz dingin telah memilihx sbgai aji kuasa
mungkin saja da yg terlupakn
pori" kecil tak dapat mengaliri sumber cucian tubuh kmaren
cacingpun seakan terpasung bahkan semut" seakan tak mau hdup kembli
lantunkanlh gumam, jangan pijakkan sblum fajar sidiq pampang keindhanx tuk k skian kalix cz kau pasti tak kan tmukan tepimu

19 Januari 2012
"PADUAN"
Sebelumx q teriakkan maaf pada langit cz q terllu jauh darimu sedang q tak da sayap tuk menyayapimu, antarkan gema pada ruang surgawi padupadankan keindahan yg sangat nikmat jadi jatah dlm hari" dalam tarian masa
sesudahx q bisikkan maaf pada bumi, q bgtu dkat denganmu namun q tak mampu menyelimuti dalam dingin cz q bentukq bgtu kecil yg terlukiskn dalam kucil merambah mencil.
Namun tak kan mampu lenyapkan pelagi yg q ciptakan tuk melangit n membumi tuk mu sllu

19 Januari 2012
Satu kata yg ingin q aluri tuk mu sembari teriakkan nada tanpa tandas mengandak.
"RINDU"
cz tak dapat memadupadankan sma skali antara suara membait dalam paduan.
"Aku merindu akanmu!"

24 Januari 2012
siang dalam luka, merindu senja kian menghampiri ku berharap ada pelangi mewarnai dan memberi cahaya peri di dalam lukisan hatiku, terangi warna indah dengan cinta, basuh lukaku dengan warna sahdu, aku merindumu seperti kumenanti tetesan pertama air hujan yang jatuh ke tanah, basahi dan dinginkan api hatiku yang terbakar cemburu dan dustamu.

Jangan prnah merasa sepi karena hatiku, kan slalu menemanimu pejamkanlah matamu dan bermimpilah dlm tdurmu. bangunlah esok pagi dengan senyuman yg indah seindah mentari pagi yang bersinar!

Dengan senyuman, kau luluhkan hatiku…
dengan senyuman, kau perlihatkan dunia padaku….
hanya dengan sebuah senyuman….
kau berikan aku kesadaran…
begitu indah cerita hidupku oleh senyummu…..

i love u,

31 Januari 2012
Aku tak yakin bila sang surya lupa dg compang camping tubuhx cz suara bakaran dan tangisan tiap jejak selalu terngiang d pendngaran
menggema!
Entahlh mungkin murka ato malah sdih tiada tara, sungguh tak bisa tuk memadupadankan makna dan bayi lahir tdi pagi
gemerincing air brjatuhan meng obok obok pandangan
hingga tiada beda parit parit kecil buatan paman kmaren
namun suarax msh memancar d kepalaq, mengusik ketenangan dalam lelapq kala hbs pkirq dalam suntukx

2 Februari 2012
Smua tiada beda,
gag hitam ato merah
halah sama jha
suara parau
sekarat juga tidak
tanpa cicip hnx ucap
enkx tdr d atas awan bersilimut angin bntal dingenx ksepian
hah
lodeng!
Kisru. . . . . .

14 Maret 2012
Sungguh peralihan masa tlh gruguti tbuhq
seakn q tak mampu menggrutu bhkan tak hrus membanth antra stiap lekuk kpedhan du"kq
smentra mulut" yg sring menggonggong kini membekam diri seakan tak mw tw rintihan dpan diamx
entahlh,
munkin sja mereka sudah amnesia
htix mengkerut jd batu buta tuli

ah, biarkan sjalh
perdlipun tak khn bsa memadupadankn sajjahx

_____,,,,

16 Maret 2012
pandanganq masih jauh disana
pada sejarah kelam tak terpenakan
suara pemagi yg mulai berkarat tumpulkan imaji
tapakan jajaln senja yg tak kunjung usai
smentara kini nafas mulai bosan akan hdup
namun pandanganq msh dsana
pd aura yg tk terlukiskn
pendamkan diri pd saat kekinian

msh dsana pandangan namung daku tlh mati

_____,,,,,

19 Maret 2012
kelam merangkak dalam kegalawan
memilah_milah tanx diri tak terjawab
diam,
rintih malam selimutkan keindhan yg tak berarti
ia hinakan diri yg tak berdaya
seakan tak lhat mentari pagi indah menyambut mimpi semalam
namum tidak,
nyatanx lihatnya kanku tak usah
perlu q asah peluh yg mengalir dlm hri" kmudian
sampaian msh membentang antara kegalauan jiwa hampa
irama suntuk hampiri benak
sdkit demi sdkit buatq mati
dalam tidur mimpi kemaren

23 Maret 2012
menunggu hjan tak kunjung reda
q selipkan sebutir rindu pada sang bulan

23 Maret 2012
mantra mantra malam tanpa rembulan gunai tubuhq, hingga jari jemariq rebah setelah gerak gerak lembut merangkak melumat kesumat yg ada, malam semakin menyunyi diri, angin lesu mulai menyuntikkan aura kegalauan dari pori ke pori, gigilan bdan tak terelakkan tnpa selimut asih, malam malam semkin kelam, nafas mulai terengah_engah lebih pelan dari siput pembwa rumahx, sejiwa raga, disela kerancuan masa diri terselip kata kamuku terbisik rasa akumu

" rindu kamuku hnx kamulh akumu"

29 Maret 2012
ingin rsanx q bongkar kepala ini hingga hanx otak tersisa
biar q tau otakq warnax seperti pa, sudahkah muat bila q isi wajah yg selalu q jdikan pemantuk kegalauan jiwa

aku ingin lepaskn nyawaq dulu sblm q telan pelan_pelan
sebagai perantara bingkeng

dan, totok!

29 Maret 2012
distiap lupaq, q tuliskn kata pada hati sang rembuln
meraba_raba d kpekatan imaji
bak terlelap d kening kantuk
q ragu
q rapuh
suara senja yg tk sanggup temukan jalan
buntu remukan angan
jika pencrian merayu mungkn sja hinggp d rerantingan mimpi mimpi
namun q msh lupa
dan hidangkn sjepret kecamuk diri

lupaq msh q lupa

31 Maret 2012
aku dengar haru gundahx gadis kcil memangku kbosanan titik wakt lalu
sesekali tampak wajahx sblum rundukx tata sejarah melelahkn diri
kerut kening n peluh tetes tk tahan menulis kembli sejarah yg menyelimuti pandanganx
sungguh dy lelap dalam jagax
dan diantara byang_byang kegeraman
msh terdengar haru ksan hdupx

5 April 2012
Lelap dalam kantuk kantuk masa permulaan rebah ngiangan dongeng tersisikan sejarah permaisuri malam

mshkah kau kepalkan benak yg terhrup sendri

bubur waktu telah melebur
seperti pita yg berterbangan walau tak bersayap

tersyat suntuk kekelaman
malam malam pekat menyua

untaian pijakan dongeng dongeng tidur

peta hidup msh terluka
walau sudah terlukis d benak

satu dari sgala penjuru
jadi ratu ramalan mimpi

dan

mshkah kau lupa

besok semua khan terlelap saat mentari hendak membenamkan agungx

dan mulai ciptakan mimpi baru menelisuri sisi kestiaan malam

bersama permaisuri rindu

10 April 2012
ibu, anakmu msh dsne, d atas kuburmu hrum kembang babur yg kau taburi kemaren bersamaq
dan kini q lantunkan seikat tembang luka u/ kau dengar,
ibu,
mrka duduk dengan kepalan tangan d belakang kepalax,
mrka jug menuhankn dunia,
dan kepala binatang sudah menafsui serta suka mengoleksi lawan gorokan busukx
ibu,
ternyata hikmatmu sudah tiada jumpa lgi d benak mereka
pikirx hnx api dan nanah
terxta sampah yg mreka buang adlh daging saudarax sendri yg sudah mereka hisap pelan"

ibu,
sungguh duniamu krang hancur sudah,
sia" peluh n airmata d kening pipimu tuk ciptakn sebuah dunia baru tuk jadi kenang

ibu,
anakmu sudah lelah!

ato biarkan Tuhan yg memarahi mreka

ibu,
biarkn q hidup bersamamu dsna dlm pangkuan lantunan nina bobo d bibirmu ibu;

ibu,
sungguh cz q sudah tiada nafas lg

17 April 2012
sepadankn sedu khn mkna malm saat gelap datang undang sunyi pada jalanan seribu kaki tapakkn keluh kesah menendang bising kiasan benda benda langit toreh pada dua pandang insan bias peluh jua sampai trurai lirih kelelehn masa
pasar pasir lautan sambut pgi

19 April 2012
daku jadikan ujudmu dzikir panjang antara satu hijab tak ternafikan
kiasan waktu tak tentu
cz waktu msh sedang tdr pulas d atas pangkuan tuhan
kelak jika hari mulai kelam tiadaku khan mendoamu sedalam dalam hari yg menyatu namun tk satu
dzikirq atasmu agar ku dpangkumu dlm tutukq
malam" berhiaskn permata satu yg q dengar suarax sebut isimmu
iya, itu aku melihatmu dlm kejauhan malam
pinangan jemarimu msh meraba raba tiap saat
tembng nina bobomu msh terngiang syahdu d ksunyian
dzikir khan mu q ukir dg guratan emas dn prmata jdkn permadanimu
elok senyummu merayu indah ratapan keluhq
dzikirq harap senyummu
lukismu mengangkasa megah d hati para malaikat Tuhan
sblum q tiada langkah terhenti d halaman rumah pangkuanmu
dzikirq msh sanjung rindumu

tuk dikau di perjuangan hidup anak"mu

22 April 2012
pada sudut wktu menghentiknq khan sejrah panjang anggap dongeng riuh hampir pupus bngunknq dlm lena pena usang untaian kertas lusuh tak termaknai lirih suara haru menyeruak aduhai tangis gelegar rindu tkut smua terbng trbwa angin musim semi gigil kelenyapan tak dpat lg q maknai mentari hingg q tk dpat lg mengeja polos bulan cz sejarah kelam telah musnah tak terjamah bak terjajah api pembakar dadar yg jatuh d bwah pohonx alangkah sulit alangkh pahit siksa sendu sumbat syukur sungguh kemanapun kn q jejaki walau kaki tk lg berpijak hingga q temukan sejarah kelam yg telah hilang tuk terejakn beri bagi bocah" tak tau arti n q bisa terhenti dg tenang pada pojok pemberhentian makna sejarah panjan trukir indah d kertas lusuh yg terpatri dlm diri pada sudut waktu

22 April 2012
saat" membingungknq dlm tangis kalbu menyayat riak bisik ktenaran
sabda" sendu menyeruak merasuki jiwa
suntuk dlm kaparan rintih jingrak lugu
cukup sesaat sja q terlena dlm sunyi yg meratap sanksi jua
dan pda sisik tombak algojo nurani
terlintas malaikat maut menungguq bersabr diri
kini q mengigil bukn tkut namun hnx tk dpat bersolek kmbli tapak diri
sampai pada hisapan terakhrq melamar makna risau
hnx terbelalak mantuk awal
q hny membingungknq cz q msh blum mampu terjaga dri byang" mimpi lelapq

23 April 2012
lengkap sudah sanjungan arahmu tuk buat kerut dahiq tanda tafsir eraman senja yg tk terduga jadi tertunda tuk tulis untaian kemanja madumu seraya runduk pilu tingglkn perih melengking jua
sanjungan buatq rintih cz riuh maut jelas sudah
sudah sampai d ujung kuku tumpahkn air embun yg ternyata pahit rasanx

24 April 2012
dan kini bersama sepi dlm sendu kgurauan kalbu unjuk sunyi telan bising" waktu yg mulai menua terjerembat dalam bait" sumbu julukan hari saat bulan mulai usang sinari kegelapan musuh angkuh sujud setan pemuja haluan muncrat mancrit menelan kriaan mandi dandang suling ratap duka diri

24 April 2012
koneng po"s daun jeg" panoteng ate loka
ce' jauna palongguwen pon sorem
amargah gantongan pon tak koat nyambi abe'
soara perek du ce' manggana
jumenneng neng kagentowan se eber ober
paneka totor lennot patotogan mesem belibis embik kacang
aberruy duh ate gaggar aeng mata dareh
munggu lanjang bekto lamon gik buru beddug
onggu ce' panassa ka de" mesemah dhika amargah gun nyolet apoy marobbuh kajennengan
gun adinah beliker tajem agibeh kadigjajaan abe'
pola pon tabelusok se manggeh dhika nyoco bule
namung la kasokanah dhika bule songkan amargah manggenah tanangah dhika nyepsep ate bule pas e palowah
ongguh copana dhika buccok lanan
jerrih marengsa bereng cap keccabah dhika se soddih maberruy bi' maelang pameseman da"
rang" ongguh bule ngerron lamon dhika ngael dareh bula
totok ongguh totok
cokop beih abe' neka tak koat aberruyi kabedeen
ondur la ondur pola enga' jak pate ebudina
paelang jengbejengan amargeh bula tak sanggup daddi bajang dka

26 April 2012
masa yg telah usai terganti crita satu tali kata n tk lgi melayang layang jauh k dasar k tololan
mabuk seakan terpesona khan mantra halus menyusupi jiwa
terlena dg abjad keangkuhan membuat tertegun hilang d antra lantunan nyanyian anyir trcium kalbu
sembri menatapi diri brkaca pda air mata yg terlanjur terkucurkn
sudah usai mulai menenun kembli senyum yg hmpir kusam termakan ktololan
mulai memutar arah n tk toleh lg
dongeng kmimpi buruk tlh usai dalm sadaran jiwa truntai dlm seikat masa anyar mulai tapak pasti

27 April 2012
jangan berisik kawan, langit sedang menangis
entah pa yg d tangisi
q tak mengerti
mungkin jh meratapi negri ne yg tiada henti" mundur n tk mw perduli akn hti nurani, hingga membising pendengaran
diamlah sejenak, langit msh menangis
munkin sja muak akn penguasa yg memendam kuping dri jerat pendritaan,
renungilah kawan, langit msh sja menangis, mungkin jha sbentar lge langt melepas batukx,
siap" jha munkin jug sbntar lge bumi khan menjerit pilux jaman,

28 April 2012
maka pda malam q eramkan kuncup rindu
biar siang rekahkn jajalan hakikat candu sorang mrindu
jeda antara pandu tatap aduan masa
malam msh bak malan menganjal kepala isi pinangan sunyi
mulai eja riuh kancah muasal diri
singgah manja jingkrak yg tak jauh dari aliran byang jalanan d sungai hrapan
terpendam jua
ruang nina bobo jejak diri mengisi sunyi hamparan serambi bising robot modrn yg msh brlarian ada juga msh brkta tidak
sayup mantra lukis sayu hendak merayu
atas pnolakan dri tiada hiruk piuk spertiga malam
msh terdzikir lirih hrap mimpi indah esok terjanjikan
anggap hening
hany ada dri memandang khas senyum d kejauhan
pge rekahkan penawar rindu semalam esok kali jumpa


4 Mei 2012
triakan menggema khan bisik dalam diri
tuangkn k sunyian yg msh memasrah jua
tunda senyum udahi masa untaian lalu
bila malam datang,
hanya ada blan indah lukis pda retina hati
ksunyian diri yg membosankn jiwa
silih brgantix waktu tergores crita mnunggu pgi singgah d pangkuan diri
datang menyenyumi jiwa yg lama tk trjamah
memaknai diri pd ksunyian hati
mungkn khan indah pada wktux
burung" kcil yg msh kdinginan tk mampu menghbur jiwa menimbun lara
pda musnah d telan sunyi,
sbnarx diri tk sanggup sdh trima masa menyelami kubangan ksndrian
krna jiwa yg msh menghrap tapakan kmbli dan hati yg smbari brsbar d antram kkesalan jiwa
daku msh inginkn k abadian hdup tmpa k matian
bkan mimpi yg hanya lukisan fatamorgana
krna daku msh inginkn kcupan d kening sang rembulan yg mrinduku dlm sunyi sepi menyelami diri

panjang crita tk mampu tiduri dlm lelap malam"ku
krena diri yg hnxa rindukn rembulan datang brbisik d hatiq kmbli

sungguh daku mrindumu cx

14 Mei 2012
kala hari" mulai membri twq dg lirih bisikkkan sudah
sungguh mendung trlhat menatapq
entah mengerti atau tdk tatapanx tetap menyorotq
dri kejauhan sana yg hanx bayang semu terpatri indah memakna cita"
mahari yg khlangan sinarx
tentang pijakan hari perpishan musim
entahlah, kini q trus benahi rumah hunian cita" walau hanx byang terlintas

22 Mei 2012
hening dlm rebahq pda sesenja kini
kau menjelma dlm hdupq
seperti ksunyian malam tumbal gurauan
q terkapar genggam kenangan lalu
batu hidup tindih bahu diri
teteskan peluh lesu mengenang kkosongan pikir
menyumbat pandangan dlm tatapan pijak lanjut
antra dzikir bubuhkan sdkit rintih usapan hidup
arah tiada sapa dlm buangan riuh khdupan
hingga sekian lamax sudah q tk krimkn surat pd malaikat n tk mampu lg menuliskn pesan pda Tuhan

1 Juni 2012
Tuhan, tunggu aku
aku segera menemuiMu
bersma kita semua

8 Juni 2012
hai kawan, saat ne q berdri d smpingmu
bsa q rasakn nafasmu
bsakah kau mrasaknq jug

15 Juni 2012
tnggu sbntr ge lngit msh glap antra ktiadaan kala dunia mnyinari trajut kisah dlm byang hmpasn nfas mrangkai kelam d ksndrian
o, sungguh sunyi mneln bara kmren, lenyapkn debu jiwa, brnfaslh sdh
rebhkn pd ksnyian pndangn smbri erami gris mmp
y, rasa dsna da

17 Agustus 2012
kali ne q tdk mnulis sgores abjadpun cz kertasq telah teroret kcamuk mandul harpan kali ne q tdk brucap spatah katapun cz bibir kecapq telah terbungkam jajahan dan lidah ucapq tlah potong brsma cemoohan tak bertuan kali ne q tdk melhat cz mataq tlh khilangan cahaya d kala siang kali ne q tdk bs lg menyimak cz kupingq tlh q sumbt d antara kmunafikn kli ne q tdk lg meraba cz tanganq tlh teramputsi d gruguti tkus dunia kli ne q tk lg mrasa cz rasa ne tlh terbng jauh brsma riuh tangis sang bocah tak bribu dan kli ne q tdk bs lg berpijak hingga hrus q urung langkahq cz ibu tlh memangglq kmbli tk ijinkan ikuti langkah manja tak punx hati
 
7 September 2012
Tuhan maha kasih serta sayang:

ea, lelap. bgtu ktax!

nmun kini q tak mampu terlelap

seakan q melelap d antra para pelelap

sedang apa engkau dsna?

pling terlelap jua

dengarlh bisikan lirih hatiq:

sungguh aku sangat mrindumu;

lelaplah engkau n tetap simpan pesanq d htimu

krna q khan lelap dsna

q sudah adukan puisi suci terbalut do'a pda Tuhan tuk engkau
barokallah!

semoga; amin.

11 September 2012
Tuhan, daku ulunkan nyanyian pengharapan yg tertunda begitu lamanya dalam hening desiran malam q tlisiki kembali dalam balutan bait suci setakan puisi pengharapan lalu

29 September 2012
ternyata lamongan-waru sma jha, lebih asri n anggu d bnding bumi dmn q hembuskan nafas d awal kalix seraya nikmati hdup dgn para malaikat"Mu

6 Oktober 2012
jauh disana
ku lantunkan tembang-tembang ,elati pote dari taman sare
hadiahkan tuk dikau
hingga menelan rasa manis madu-madu berdua

1 Desember 2012
Kalau kita lapar itu sudah biasa
Kalau kita malu itu sudah biasa
Tapi kalau kita lapar dan malu karena Malaysia kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malaysia itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita di injak-injak oleh Malaysia keparat itu. . . .

Petikan pidato Bung Karno 27 juli 1963
Protes terbentuknya Negara Malaysia

19 Desember 2012
malam ini tiada teman lain selain dikau dalam kerinduan jiwa
seperti kemarau panjang harap hujan turun segera tiba bersama pelangi lukiskan keindahan masa di ruang waktu
keti masa yang mulai beranjak pergi
daku kan tetap menjagamu dalam gelapnya malam tampa rembulan tiada bintang gemintangpun meu menampakkan sinarnya
daku kan selalu bernafaskanmu
si antara ruang dan waktumu

27 Desember 2012
dinamika perburuan kursi kekuasaan semakin merajalela, bukti konkritnya sudah tampak di segala penjuru dunia manusia
kita sudah muak dengan yang namanya kekuasaan, andai kekuasaan tak pernah tuhan ciptakan munkin tak khan ada bawahan yang merasa tertindas dan terkucilkan.
wahai manusia yag haus akan kekuasaan, boleh saja kau berkuasa namun jangan hanya jadi cecunguk yang sukanya makan daging rakyat yang tak berdosa.
kau mati masih senang tapi kami mati susah dimana kami akan di kebumikan, apakah harus dibakarkah, atau di biarkan saja,? tidak bukan
jadi jangan sekali-kali kau berkuasa kalau masih buta terhadap kami!!!

18 juni 2013
dia terlalu buruk tuk hal sebaik itu,
ah, sangat menjenuhkan......

16 Januari 2013
yah sudahlah!
apalah dayaku........
.......................
.......................

8 April 2013
dunia menyimpan beribu makna bagiku
namun terkadang dunia mengrikan ku pandangi
kadang kejam
kadang indah pula

17 April 2013
rasanya tidak munkin bisa q hindari setetes musim yang tertanam diantara ruang dan waktu
kemudian tampak nyata terkadang menghilang jua
entahlah,
seakan berada di alam mimpi yang tersadari
tak tentu pagi kan datang menjemput musim terlewati tuk nytakan lukisan fatamorgana

23 April 2013
IBU....................
ANAKMU SEDANG MELUKISMU
IZINKANLAH!

7 Mei 2013
Q peruntukkan malam ini tuk engkau penyemangat langkah anak-anakmu

8 Mei 2013
kalau saja aku diberi pilihan antara hidup tua atau mati muda
maka aku lebih memilih tidak dilahirkan di malam ini;

9 Mei 2013
Isa bawalah salamku pada Tuhan
dengan keyakinan jiwa lukiskan kasih
sembari menunggu hati sang penguasa hati
pada malam yang sunyi
dan mendung berkepanjangan
tuntaskanlah pada waktu-Mu
sehingga ruang kembali tampak
karena diri tak sanggup lagi menatap pagi yang cerah
bawalah kehadapan-Nya dengan senyuman bijakmu
semoga dan semoga.

10 Mei 2013
Sampai detik ini ku masih tak mampu pejamkan jiwa ini tuk menyambut pagi-Mu Tuhan!

10 Mei 2013
hari-hari berlalu seakan ku tak punya nama
sungguh pembodohan panjang tak bisa terelakkan
entahlah, mungkin Tuhan salah beriku jalan
ataukah aku yang terlalu tolol mengartikan hidup hingga merumitkanku
bilamana ku rangkai kembali
mungkinkah ku bisa eja segala abjad malam berkepanjangan

10 Mei 2013
Ternyata menangis di atas dunia lebih baik daripada menangis di dalam makamnya

11 Mei 2013
tuk kesekian kalix pagi q sambut
q rasa begitu beda saat ini
kare pagi kembali tak mampu bangunkan di penghujug lelapq
ketika malam mengusik waktu sandarq
senyuman pagix tak lagi tampak
seakan telah berlalu jauh
bahkan siank telah siap menertawakanq dg sedikit ejekan biasa
kalau sja pagi menyambut akhir lelapq munkin siang sungkan menrtawai lgi

20 Mei 2013
Kalau saja Ω̶̣̣̥̇̊Ñœ͡ÊŠ̤̥̈̇ bisa merubah mentari untuk malam malam dan rembulan tuk Siang
Munkinkh Tuhan menegur Ω̶̣̣̥̇̊Ñœ͡ÊŠ̤̥̈̇
Sedang Ω̶̣̣̥̇̊Ñœ͡ÊŠ̤̥̈̇ masih bingung akan waktu yg semakin menua
SeAkan bumi mengeluh pada malam malam
Sembari mengeluh d setiap pEmagi
Entahlah
Munkinkah Tuhan menegur Ω̶̣̣̥̇̊Ñœ͡ÊŠ̤̥̈̇

6 Juni 2013
Tiga kata yang paling berbahaya di dunia ini, katanya....
" Aku Tahu Itu "

8 Juni 2013
ketika hari mulai berbisik lain pada hatiqta
larirah tuk secepatnya memproleh kesempatan melewatinya
n berakhir dengan lebih baik......

13 Juni 2013
minta apa KAU
hanya ada nyawa yang masih tersisa di senja kini
agar senTuhanMu bisa aku rasakan malam nanti

Monggoooo......

14 Juni 2013
Kedinginan malam ini sungguh lain dari lain..
hatiku jadi sayu seketika..
kerukunan malam ini...
kulihat dilangit...
Indah sungguh ciptaanNYA..
Bulan yang terang..
menerangi malamku ini...
Bintang-bintang berkelipan..
menemaniku malamku ini..

16 Juni 2013
tak sedikit sang pecundang berlagak seperti halnya drakula yang berkeliaran mencari mangsa disiang bolong. inilah Indonesiaku, Negri di mana aku terlahir.....
malam terasa menyeramkan jiwa
siang terasa hilang menjauh dari keramaian
inilah ritual kehidupan kekinian
yang tak sorangpun menyadari dirinya sendiri kata Cak Nun
dan martabatpun terhempas dalam kesunyian
terkubur dalam kemiskinan sembari meratapi diri

17 Juni 2013
bilamana malam menyambutku ketika pagi menantiku dan sang waktu mengharap kehadiranku
inilah ritual jiwa yang masih berdzikir seraya memanjatkan doa-doa — bersama Abuba Choi dan Ramadhani Al-haq di di malam yang memnyenyumi hidup.

19 Juni 2013
nostalgia di malam yang dingin
di antara gemuruh agin malam —

 

UNTAIAN

20 Juni 2013 pukul 14:58
kali ini kau hadir menyenyumi diriku
entahlah, aku begitu tolol tuk mengeja senyummu
seakan aku termakan sunyinya sang malam
lantaran siang sudah tak pedulikanku
karena pagi sendiri ku tinggal
sehingga senja tak sudi mebisikkan sedikit rahasia malam yang indah
ritual hidup yang sia-sia
masih terasa membodohi fikir ini
hingga aku menjadi sosok bangkai
yang hanya menebar bau tak sedap di sepanjang jalan
sudahlah, aku bukan Yusuf pemikat hati
serta Sulaiman yg meminang ratu Bilqis dengan segala dari segala kemewahan
mungkin saja Tuhan lupa mengambil tulang rusukku dulu,
mungkin saja tidak!
yang aku miliki hanya nilai yang tak tak terhingga
bagaimana munkin aku bangkit
antara detik waktu dan detak jantung
aku masih teringat kau menyenyumiku waktu itu
dalam ketololan hidup
pada malam aku untai
pada siang aku panggil
dan,
pada senja aku menunggu senyummu padaku
lagi.

21 Juni 2013 pukul 21:10https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y2/r/K0srxReVLKP.png
Aku mendengar karena aku merasa
aku bicara karena aku melihat
aku terdiam karena aku mencium
yah, mencium yang tak di dengar dan tak dapat bicara jua
tak terasa bahkan tak terlihat pula
hanya mampu terdiam diantara pijakan
sembari melepas pendengaran dan pembicaraan
karena aku telah mencium
karena sudah tercium
dan hanya tetap mampu terdiam tanpa kata tanpa rasa

ritual malam

22 Juni 2013
embun pagi menyentuh jiwa menyambut pagi datang menyenyumi setiap makhluk bumi

23 Juni 2013
bercanda tawa serta saling fai do ma mai do fa
menertawai mahasiswa yg di bilang kacangan dan mahasiswa setan — bersama Abuba Choi dan 16 lainnya di Kampus UNSURI.

23 Juni 2013
sudah dekat waktunya tiba
persiapkan diri kalian tuk berpisah dengan zamanmu
agar kau peroleh setiap zaman yang indah
jabatlah setiap tangan d hadapanmu
mungkin saja kau kan meninggalkannya lebih dulu
selamat malam

23 Juni 2013
selamat untuk anda yang sedang bergembira kemudian kau lupa!
selamat untuk anda yang sedang bahagia dan sudah lupa!
selamat untuk anda yang masih biasa tertawa dang kau mulai lupa!
selamat untuk anda yang masih ngakak sedang kau selalu lupa!
selamat untuk anda yang selalu damai sedang kau lupa!
selamat untuk anda yang ada di bawah kemegahan hingga kau lupa!
selamat datang para pelupa di negri ini
saudaramu meratapi hidup dan menyesali setiap detik berlalu karena kau sudah lupa di saat ini nisfu sya'ban telah datang kepada setiap pemikir yang masih punya perasaan
selamat dan senantiasa selamat atas engkau yang tidur di atas lembaran koran dan kardus
yang mampu hidup dengan sesuap nasi basi
sehingga engka selalu masih sadar kalau lupa itu sombong dan tak mau ingat bahwa engkau saudaranya

selamat datanag nisfu sya'ban aku menyambutmu dengan haru

26 Juni 2013
kali ini tidak hanya lidah yang bisa bicara
tidak juga hati yang dapat merasa
karena jiwa masih saja tw apau yg kita mw

27 Juni 2013
bukan batu bukan pula air
namun cahaya terindah di retina hati terpatri di antara hari hari yang mengadu pada Tuhan

1 Juli 2013
pabila waktu telah usai di antara relung masa yang beranjak sunyi
persilahkan sendiri di telan gelap malam dalam keheningan
sunyi senyap, tanpa sepatah sautpun jatuh beri kejelasan
pun mimpi malam yang indah
kalau masih ada waktu tuk bicara, bicaralah!
selagi mentari tak tampakkan tanda dimulainya tabir dan tak lagi menyentuh nafasnya
yah, asal saja itu berlabuh menyatu dalam alunan mimpi-mimpi di malam sunyi
tak pernah terfikirkan dan tak munkin terbayangkan
selirih ini menikam waktu
membunuhnya
hingga waktu tak lagi berkata ya atau tidak
dan tak lagi menyenyumi masa yang beranjak dalam kesunyian
suatu penghormatan terakhir tuk mengenangmu untuk malam ini
malam yang sakral
yang tak lagi memihak pada siapapun
hanya duduk terpekur merenungi kesunyian

.....waktu;

5 Juli 2013
disepertiga malam
aku tertunduk ragu mengeja hidup
entah berapa lama atau seberapa jauh
yang kemudian mulai menunjuki arah
dan pada dunia berbeda

disepertiga malan
aku sendiri diantara lelapan para malam-malam
yang merebahkan tubuhnya pada sang waktu
mempersembahkan tembang kantuk mereka
aku mengeja abjad malam yang panjang
sembari lantunkan mantra mantra jiwa

disepertiga malam
inilah ritual diri mengantar lelah
menyenyumi hidup yang masih ada
kemudian menertawainya
entahlah, kapan aku harus menagis
dengan sedikit muram muka dan memulai teriakan teriakan

disepertiga malam
seperti tari tarian diiriingi tembang malam
nyanyian jiwa yang masih terjaga
tiada kantuk hanya suntuk

wahai,,,
disepertiga malam
apakah kau dengar ocehanku
merasakan belaianku
pun menyaksikan dongenganku

yah, ku tau
kau tak kan tuli atupun buta
karena aku hanya seorang diri
disepertiga malam

5 Juli 2013
ternyata membunuh diri sendiri lebih sulit daripada tidak sama sekali......
entahlah,,,, mungkin saja Tuhan masih ingin aku di pangku sang malaikat diri,

8 Juli 2013
setidaknya kita masih bisa bernafas sebelum kita menyambut pergeseran waktu kita sendiri di esok hari ketika pagi menjadi berkah dan malam pun bak pagi sebelum hari itu tiba
bahkan harusnya kita berfikir bahwa telah meninggalkan waktu lalu saat kita masih memanjakan diri dengan apa yang di peroleh
serta melupakan segalanya setelah segalanya berlalu kecuali diri sendiri
setelah tiba saaatnya hanya dzikir keluh kesah acap kali terdengar di daun terlinga
ingatlah,, ini hanya pergeseran waktu yang Tuhan berikan pada kita sebagai ubudiyah bukan sebagai malapetaka....

10 Juli 2013
cukuplah waktu petang sebagai bukti
dan waktu pagi sebagai saksi
sehingga ku tak lagi bisa menyusun bahasa
tanpa sowan kehangatan dari malaikat-malaikatku
wahai sang waktu kenapa kau berlalu begitu saja tampa meninggalkan sepatah katapun yang mungkin bisa aku maknai
tampa kembali lagi untuk sekedar berucap selamat timggal buatku yang merindukan para malikat — di Penjara Waktu_Kota Bersejarah.

11 Juli 2013
secepat inikah kau meninggalkan aku seorang diri dalam kesepian waktu yang seakan merekam setiap tingkah lalu hingga saat ini telah berganti bahasa dan kebiasaan
seperti malam tanpa bulan dan bintangpu tak tampak
wahai engkau yang sudah tak lagi menatapku, tinggallah sejenak akan ku coba mengejarmu untuk sekedar berbicara agar aku merasakan makna diammu
walau kau sudah berlalu terlalu jauh terhadapku, izinkan aku menyampaikan pesan dengan kesederhanaan bahasa
karena ku tak lgi bisa menaklukkan kesendirian untuk sekedar karena tertawa
disamping lorong ku duduk memeluk lutut tanpa kata
wahai engkau yang menyudahiku tuk malam berkah, ketahuilah bahwa ku merindukan bulan dan bintang di malam malamku
sampaikanlah pada Tuhan dalam duniamu
kali ini aku sendiri tanpamu bersama sajian kehangatan di waktu aku masih bersama pada malam yang kali ini terulang sedang aku tak bersamamu lagi
karena waktu telah meninggalka aku sendiri di malam ini

16 Juli 2013
dalam alunan merdu suasana malam yang suntuk ku rasakan hadirmu
hadir yang menyesatkan sembari menyenyumi diri
manakala sesal sudah meniduri kemelut rindu
sesekali terjaga sesekali terlelap dalam lelapan mata ini

17 Juli 2013
dan kala malam ku adukan segalanya bersama lantunan tembang tembang kantuk yang menyela
pun tiada yang mampu menunda peraduan
kala hadir dan menyapaku
musnahlah sudah segalanya
seperti kesunyian malam yang penuh canda senyum pula
peraduanku yang abadi

17 Juli 2013
seperti angin yang berhembus pada tanah lapang yang tandus
sesekali terasa hadirnya
seketika hilang entah kemana
begitulah adanya,
entah sejauh mana akan terlampaui
kemudian tersadar akan sengat mentari pada hamparan tandus
tak mungkin kiranya merebah diri sembari melepas lelah
yah, tiada bahasa lain selain terus melukis jejak tuk jadi arah setiap kali yang datang menjemput segala yang ada
dan percaya — di Penjara Waktu- Kota Bersejarah Dalam Kesunyian.

19 Juli 2013
mungkin hari kemaren sempat tertinggal, waktulah yang meninggalkan aku sendiri dalam kesunyian
ketika hening telah tiba dalam kesunyian
aku di antara waktu-waktu
kali ini tersadar langkahku telah melampaui waktu
karena Tuhan telah membangunkanku di malam yg lelap
hening menuntunku
malam mendongengiku hingga lelap

seakan aku mati kemudian terlahir kembali
karena aku hening, heningku. — di Penjara Waktu- Kota Bersejarah.

19 Juli 2013
kalau mungkin bisa ku pasrahkan
serumpun dulu kala kan lagi tampak
aah,, sudahlah!
Tuhan mungkin sudah menyusun skenario terbarunya
ha ha ha — di Penjara Waktu- Kota Bersejarah.

22 Juli 2013
tuan, tubuhku terhempas dalam kantuk
seperti manuk yang yang sedang bercumbu rayu
yah, begitulah sederhananya
huh, tak mungkin rasanya terbang ke alam mimpi
seakakn mati di siang bolong
terlelap dalam kantuk akhir pendongengan diri
tuan, taukah kau...
 
23 Juli 2013
udhlh, tak ush kau pke topeng

cengkramanmu bgitu menyeruak d kalb ne

sperti bangkai mulutmu sllu menerjang perasaan

menerkapun percuma

cz sudah jelas terasa menyakitkan

kau pkir q puny bnyak nyawa hingga kau gampang menggorok urat" jantungq n menghisap darahq

q bukan hewan yg penakut pd tuanx

sdkit sja d pandang diam sribu rasa

munkin sja kau sudah tak percy lg

bhkan tak bsa bedakn brupa smanis madu ato spahit empedu]

29 September 2012

17 Agustus 2013
ketika waktu telah tiba ddekatxlh q titipkn jiwaq pada ibu renta rapuh pula akibat watak pelupa anak cucunx. munkinkh!

25 September 2013
senyum manis yang menggoda... duh... entah sampai kapan aqw harus terbebani dengan senyum menawan itu...

27 September 2013
entahlah.....
tak usah kau tanya apa yang aku pikirkan...
aku tak kan pernah tau
tidak juga kau.... — di Penjara Waktu- Kota Bersejarah.

1 Oktober 2013 
seperti adanya...
hanya pakaian lusuh yang masih melekat ditubuh ini
harap cemas berbisik diantara lorong-lorong waktu
seakan begitu sulit aku rangkai kembali pakaian ini seperti sedia kala
lebih baik setidaknya lah....
di penghujung september
angin yang begitu sulit termaknai
seakan berwarna abu-abu yang tak nentu
oktober yang menjilat-jilatkan lidahnya begitu lihainya
dan seakan pakaian ini semakin lusuh sekali..
yah, jelek dan kotor...
begitu jijik mendengarnya, apalagi melihanya
huh,,,, sungguh begitu melelahkan,,,,
pada awal yang begitu sulit aku memohon
beri aku sedikit waktu tuk merajut kjembali pakaian ini
agar lusuh tak kembali lagi
dan menjadi awal yang indah dalam segala kelelahan...
aku datang dan,
aku kembali,
sambutlah..... sambutlah.....!!!

30 Oktober 2013
di penghujung bulan
pada penghabisan hari
terasa hidup seakan hampir berubah
entahlah, seperti apa itu
akupun masih menanti kedatangannya.....

10 Desember 2013
Tak banyak yang ku minta
koma sebelum titik
seperti kaki dan jejak di setiap ruang dan waktu
yang masih berbisik-bisik disetiap sisi-sisi antara siang malam
itu sajalah.

6 Januari 2014
aku masih menunggu Tuhan memberi sesuap nasi untukku sekali lagi,
di sisi ruang ini...

7 Januari 2014
Mak, jika engkau diparengi rizqi sama sekobesah
aku dibelikan seperti itu sajalah!
yah mak!

masih ku dengar nyanyian itu selalu
dianta manis pahit belenggu waktu yang masih saja memelototiku
seakan harapan dipaksa tuk dikubur hidup-hidup di ubun-ubun, berkepanjangan
mengeras seperti batu, aku terpaku dalam malam
:sangat menjenuhkan!
masih terdengar jelas sembari menelanjangi diri
sampai kapan waktu memelototiku, menahanku
bukan malaikat ataupun Tuhan

aku hanya bisa diam di sisi nyanyian lalu
tanpa bahasa
yah, aku masih bersama nyanyian di telinga sejati

17 Januari 2014
inilah sederhananya dari segala kesederhanaan wahai tuan terimalah sungkem ini di antara sowan di malam yang telah tertinggal
biar besok aku ceritakan lagi padamu wahai tuan
saat ini aku cukupkan dahulu sejenak aku pamit.....

2 April 2014
kalau saja tak lagi ada, mungkinkah asa masih terasa
walau masa tak lagi mengucap salam pada peraduannya
dalam sederhananya salam yang tak mungkin ada penyamanya
yah, sedemikian sulit tuk dimaknai kembali
hanya sebatas kata sesal disini
terlukis sebagai saksi diri
berkecamuk diantara jalanan panjang yang sunyi
:sepi
dimalam pekat beri kantuk
hingga aku mulai terlelap suntuk
tak perduli siapa atau mana, di mimpi buruk
:siang bolong...
dan kini sudah lenyap
tak berbekas
terbang tanpa sayap
yang tak pernah kulihat kembali
aku telah kembali tuk belajar mengeja kata merangkai waktu.
bersama nyayian tanpa bahasa. — di Penjara Waktu. Kota Sejarah.
 
13 April 2014
rupanya langit sudah tak mampu lgi menahan tangisnya...
bersama angin yang gemuruhnya mengadukan nasib disekian hari-hari lelah
hingga tuanpun yang masih termagu tak mampu lagi berkata-kata
disini,,,,

15 April 2014
terbuang dalam suara yang menyesakkanku
seperti membuka mata di kegelapan liang lahat
kastah yang telah datang menyapa
tak membuat mata kembali menutup
dan pada kegelapan yang meneriakkan masa yang telah lalu
membuatku terjaga dan termagu saja
dengan sedikit bahasa seakan tertatih-tatih
a yang biasa ku sebut begitu sulit terucap, dan
ku yang sedemikian ku utarakan sungguh tak bisa ku tampakkan
aku seakan pergi pada ketololan hidup yang tiada hidup lagi
semakin ku memaksa semakin tolol pula ku rasa
kini hari yang kian sulit ku maknai
harus seperti apa lagi makna yang musti aku persembahkan
sedang aku sudah terbuang pada kegelapan di liang lahat ini
liang yang ku buat sendiri kemaran
hah, sungguh begitu melelahkan!
dan teriakan yang semakin melengking
semakin memekakkan dinding telingaku menembus sisi yang sulit memaknai hari
merobek pagi yang akan datang
menyayat masa yang akan tiba
aku terjatuh terjerembab di keheningan diri yang tiada arti
masa yang begitu mencemoohku
yah, karena aku hanya manusia tolol bukan
dan aku mulai tak sadar dalam lelapan
sementara mimpi-mimpipun mulai datang menggodaku
:membisikiku
dan menikamku
dengan kata ku menyapa
dengan rasa ku memanggil
sementara waktu yang semakin bias pada kegelapan
aku mencoba memandang dalam tundukan
walau gelap semakin menyelimuti tubuhku
aku terdiam
dan pada saat ku terjaga
tak ada lagi sapa yang lalu
pada kekelaman lalu
aku masih terbuang di liang lahat yang ku buat sendiri....

011404142030
26 April 2014
kadang diri harus menghamba pada jiwa-jiwa menjiwa
seperti bintang yang dicipta tuk malam bersama rembulan
dan mentari tuk siang diantara sisi waktu yang tersisa
hingga tak pernah ada setetes gerutupun jatuh pada para telinga
dan, menghampiri sela-sela kesempurnaan
sementara diri tak mampu tuk menolak dari segala
bahkan mantukpun tak mungkin rasanya terjadi
angin-angin yang membawa kabar bersama rintik hujan yang membasahi bumi
seakan menjadi kabut yang menyelimuti di setiap pandangan
tak ada yang mampu terucap selain jiwa-jiwa menjiwa
tak ada lagi bahasa yang mampu mengungkapkan
tak ada lagi aura yang bisa menyamai
pada titik pijak ini diri terpaku menusuk bumi
merayu pada alam yang sudah musnah
bila mata ini sudah terbuka
temukan aku di sini
pada jiwa-jiwa menjiwa
 
 
30 April 2014
pagi yang telah usai, aku menyapamu dengan pandangan senja entah harus kumaknai dengan kata ataukah abjad karena mantra malam sudah tak setia lagi memihakku mungkin saja itu hanya gurauan atau bahkan bentuk karma, lantas gurauan seperti apa yang terlintas merayuku sementara malam akan segera tiba
kemudian. karma? apa itu, tidak salah kah? masak sebegitu berit, sedang aku hanya diam bukan!, hingga tiada upaya tuk menolaknya, maaf saya tak sehebat bunglon yang bisa bermetamorfosa karena aku tetaplah aku yang haq tak usah ditafsiri lagi

sapaku mulai serak karena malam mulai tiba petang teriakkanlah bahwa masa ini sudah usai dan mulai menua seperti irama yang tak bernada. aku, pagi yang terlewati setelah aku tulis pada seutas bahasa jiwa yang tak bermuka dua, dalam kesunyian yang pekat aku merenungi malam yang bisu. hening tak ada satu ngengatpun yang berbisik. disini aku menjelma menjadi aku yang bukan aku dan seperti aku hingga aku tak lagi aku

1 Mei 2014
ritual pagi buta yang melelahkan tak bita terakhiri, sembari menunggu ayam berkongkok burung-burung mulai bernyanyian dan para bocah yang bersahutan sesekali diri merasa termagu pada kesunyian waktu penebar kantuk-kantuk, pada kesempurnaan yang tak lagi utuh teriakkan segala keresahan pikir yang sejauh tapakan selalu mendikiri jiwa ini, mungkin saja nasib berkata tidak akan masa yang telah truntai lalu hingga tak ada lagi gelak sekedar menahan rasa tangis yang semestinya memkakkan waktu kini dan jaln yang entah dimana ujungnya aku masih tak kuasa tuk berucap totok. yah itu sajalah dulu aku akan tidur kembali menyambung mimpi-mimpi lalu berpetak umpet bersama sang waktu, berteka teki dengan tanya yang tiada jawab, sudah....

5 Mei 2014
setidaknya aku mulai mengisi waktu pada ketololan yang masih saja membodohiku

5 Mei 2014
kalau bukan karena aku sebagai manusia
aku tak kan bisa menemuimu di tempat pijak kala itu
yang semestinya menjadi awal dari segala
dari ombak dan angin gemuruh segara hidup
bersama waktu yang memenjarakan kehidupan
hanya tuk sekedar aku untuk berkata rasa
diantara setiap detak menghela
disini, ditempat ini
aku merasakan kehadiran
dalam setiap kehadiran.

10 Mei 2014
Aku seperti halnya pecundang yang tak mampu meneriak pada waktu yang menjelma jadi gemuruh angin malam memerangi gelombang rasa tak usai
tak ubahnya pisau menggores hati, sementara aku terdiam dalam gigil di sepenggalan waktu ku pijaki
korong jiwa masih saja memasungku dalam kebingungan yang membuatku tolol
menyayat jiwa
aku tak mampu lagi terbangun pada masa yang semakin mendorongku hingga terkapar tanpa kata
aku tak ubahnya sepah yang terbuang setelahnya
menahan pedih perih memilukan
sementara aku tak mampu meneriak pada waktu yang membunuhku
termakan oleh mimpi-mimpi
hingga yang ada hanyalah aku dan sang pecundang
setidaknya aku sudah mati dan tiada sejarah yang mampu mengingatku kembali....
dan musnah....

10 Mei 2014
mei yang sunyi
maafkan aku yang tak memarahimu
maafkan aku yang tak sedikitpun meninggalkanmu
karena aku hanya sekedar sampah terlupakan dalam setiap detik yang berputar
diantara setiap syair yang bersahutan
pada sisi kepenatan waktu yang menuntun
disini pada pikir yang membisu
pada dzikir tiada akhir

mei yang kelabu
arti yang bisu tersimpan dalam nyanyian waktu
diantara dongeng hari kian berlalu
melukiskan abjad-abjad diri dari irama hidup
di sisa-sisa angka kelima
mimpi dalam lelap yang hanya fatamorgana
menampar diri yang telah terbuang
yang tidak semestinya merunduk dalam beku
kata yang menggorok leher ini
menyatakan bahwa hari telah mendua
seakan berdiri di tengah dahaga
menjelma menjadi sang pembunuh berdarah dingin
keringat darahpun basahi tubuh
menjadi alasan tuk di teguk
sekedar pengobat dahaga
serta ratapan yang tiada guna menjadi pertanda
bahwa lahat tak berpenghuni akan menjadi rumah terakhir
di sisi waktu yang berbisik pada telinga

mei yang pilu
menjadi saksi bisu
terlihat seperti malam yang hening tanpa kata
hanya sedikit desahan resah dan gelisah
sebagai tembang malam pengantar lelap
tiada lagi malam yang mencekam
menyudahi penat tangan ini

mei yang biru
adalah dizikir tiada akhir

untuk setiap masa yang memusuhiku

10 Mei 2014
mungkin sunyi yang hanya bisa mengerti aku pada kehancuran
adalah hari yang tak mungkin tertata dalam air
yang tak mungkin larut dalam abu
meneriak kepahitan dalam diam
kemarilah,
duduk di atas kesunyian yang berlalu
waktu itu
jika malam telah menjauh maka lihatlah aku berkaca di depanmu
 
 
11 Mei  2014
pada abjad kurenungkan dzikirku
di setiap waktu yang masih membatasi setiap langkah
ku duduk pada malam yang suntuk
dalam tafakur yang telah lalu
sembari bertanya-tanya pada bayang diri
tuk sekedar meyakinkan
bahwa Tuhan sengaja menciptaku
malam ini
usapan kecil jemari ini pada kelopak mata
tuk sekedar membuatku terjaga dalam suntuk
menjadi lamunan yang pasti
malam yang menyela diantara kantuk-kantuk
menjadi teman dalam kesunyian
menjadi kawan sang imaji
tuk sekedar meyakinkanku
bahwa Tuhan meniupkan nafas di jiwa
hidup ini
bangunkan aku pada malam ini
karena waktu mengikatku setelah ini

14 Mei 2014
setelah senggama kata telah melahirkan kesepakatan
di atas sajadah kepercayaan yang kau gelar
aku terperangah pada abjad-abjad yang berbisik dalam kesengajaan
saat waktu mulai gelap
menyapu lorong-lorong gerak sang pekerja
dan mulai memenjarakan diri peda malam
gelap malam yang menyelimuti bumi
aku terjaga dari lelapku
yang dulu pulas dalam kesunyian
dan
ketika Tuhan masih kita percayai
:bahwa aku berjalan ke arahmu dengan dzikir panjang
memadupadankan alam impian
setelah waktu mulai membatasi
aku berkaca di wajahmu
ku jumpai kembali masa yang telah lalu
ku temui kembali kesunyian yang mengalah
bahwa
:aku lahir kembali dari tutur kata yang sederhana

yah...
:di sisi malam
yang sekedar membisiki kesendirian
aku terjaga dari lelap
lamunan sunyi yang sesekali menjelma di hadapanku
membuatku menjadinya
yang berlalu

membisikiku sekali lagi
bahwa senggama itu hanya mimpi
yang larut dalam segelas parit sang tentara
dan aku terjatuh di parit itu
terpendam dan terlupakan.
 
18 Mei 2014 
kubuka kembali selembar demi selembar setiap akasara kalbu dan kehidupan yang menari pada irama waktu dan terdiam dalam sunyi hingga meneriak pada muka murka, kududuk mengaca-ngaca di setiap lembaran masa yang terjejaki
entahlah, aku tak bisa berkata atau sekedar menyela
tabegegeggen diantara dua sisi waktu pada koin masa
serasa ku mulai gila
jejaki sisi lorong yang dulu ku bilang mumbi
dengan pakaian compang camping penghilang malu
rambut gimbal sebagai penunjuk waktu
hingga hitam kulitku terhempas debu-debu jalanan yang memakiku
kalu saja aku lapar dan kehausan
tak terlalu ku pikir karena
aku bersamaNya
sakonnil atau banyakpun tak mau ku perduli
terkucilkan sampai mencil
dan pada hari-hari yang mejadikanku
ku katupkan tangan
aku berdiri pada ketidakpastian
saat ku kembali dan pergi bersama lembaran aksara
setidaknya sebagai penghapus masa yang telah usang
dan usai

18 Mei 2014
seperti angin tak mungki terjamah
dan angan sekalipun masih melayang-layang di angkasa
menjadi celoteh masa di peraduan rindu
pada bocah-bocah layangan di pelariannya
di sawah itu
siang yang membakar tubuh
membasuh keringat lelah dengan kegirangan
tak ada waktu
yang beranjak mengajak pulang
namun angin bukanlah angan
entah kemanakah larinya....

23 Mei 2014
Dengan caramu aku bergumam
menengadah ke langit tak berbintang
mencumbuinya dengan syair-syair diri
ku tuliskan kata pada awan
ku lukiskan dzikir-dzikirku
bahwa ku aku telah mati
bersama waktu yang telah menikamku
di hari genapi malam-malam
dan hanya aku dan dongeng layu

24 Mei 2014
salam sapa untukmu
sebelum malam menyudahi masa
saat ku basuh mukaku dengan malam
sunyi gelap
membangukanku
salamku,
menjadi malam yang satu
menyatu pada angin,
:hantarkanlah.
bahwa aku kan segera pulang
kerumahmu saat ku bermunajat dipintunya

riuh masa yang telah lalu
menjadi asa diriak candamu
bumbui sedikit nyanyian manja
kelam

salam sapa untai menjadi malam yang dingin dalam sunyi sepi
rindu. seakan berbisik lirih di benakku

31 Mei 2014
dan sementara itu langit tak mampu menyembunyikan hujannya
membasahi cerita dan doa
malam-malam yang sunyi, dekaplah daku peda kegamangan
segelap yang tercipta
selimutilah, selimutilah...
karena cerita dan doa
hujan yang masih mengguyur isak kesunyian
menjadi irama pada riuh-riuh pudaran masa
datanglah, datanglah...
sehingga tidak sulit daku melukis kanvas waktu
malebur dalam rasa karsa
deburan bayang-bayang melelahkan
daku diam diantara sunyi sepi
sementara hujan masih kuasa tak mau mengalah
sedikit ucap yang menjadi patri di balon-balon kecilku
berterbangan searah hujan yang mengguyur rasa
suara isak menggema pada rintih malam dimana aku tercipta
ditermpat aku berpijak
menakar waktu
dimana aku hadir dalam lelap
pada kantuk-kantuk malam
dan sunyi sepi
hinggaplah, hinggaplah...
karena aku telah terlahir pada kegelapan lalu

5 Juni 2014
Aku
aku tak seperti
mata saat kau melihat
mulut bisikkan tuturmu
telinga diantara sisi pendengaran
tangan diantara dzikir-dzikir yang meraba-raba
hidung dalam aura endusan
kaki kala pijakan telah terdiam
karena aku adalah hati
dengan berbagai celah-celah di setiap sisinya
menghilang di lorong waktu
untuk sekedar menyenyumi celah kehidupan
terlahir sebagai awan yang tak mampu memeluk bumi
melayang pada poros waktu
dan aku
adalah masa yang tak mungkin kembali saat mentari telah tenggelam
dalam aku mendalam
setiap surau masa yang kian retak
meracuni tubuh yang kian rapuh
melebur manjadi abu
tersapu malam yang telah lalu
sungguh tiada lagi menjadi sisa
hanya begitu siksa terbaring menyelimutiku
saat angin malam datang
membuat daku mengigil
pikir di atas padang sesat pikir
wahai senja
catalah diri ini sebagai bagian waktu yang telah hilang
karena aku adalah hati di setiap sisinya jadikan tumbal sekedarnya

10 Juni 2014
sejenak ku terdiam di penjara malam yang memasungku
menembus masa kelam yang tak terhingga

10 Juni 2014
akulah pagi yang tak mungkin dikenang kembali
akulah pagi sebelum si jago bekongkok
akulah pagi ketika kehangatan tak terasa kembali
akulah pagi di akhir pijakan
akulah pagi

sebelum masa usai
ku asah malam-malam berkecamuk
ku lukis senja yang kemerahan
pada seutas kertas dzikir kelam

23 Juni 2014
EPISODE KEMATIAN

maka kemudian akupun mati di persimpangan yang memenggal melumat kesumat deru nafas semasih bergumam di sela abjad-abjad pemangku rinduh isimmu menggelitik menyenyumi hidup mundak menjadi asa sesekali merayu di ujung hari sesenja ini

maka kemudian akupun mati di persimpangan diantara sisa-sisa darah yang terhisap menyisakan masa memudar pada peluh langit dalam tangisan malam berpangku rasa melukis luka

maka kemudian akupun mati di persimpangan yang mengunyah daging tubuhku obus kare tulang yang sesekali menyebut hari kematianku jadi cerita suntuk dipenghujung hari yang sunyi

maka kemudian akupun mati di persimpangan ku lahirkan tutur kata yang suci sekedarnya, kini jadi asa yang tak lagi asah tangisnya menetes di sanubari seakan malam-malam berkecamuk terdiam dalam kesedihan

maka kemudian akupun mati di persimpangan cerita kelam tak lagi di kenang sedikit kata yang terucap tak mampu menggantikan selaksa kehidupan yang hilang ditelan malam dan kini telah menjadi buah bibir yang masa lalu

24 Juni 2014
MALAM 24

pada torehan pena terukir gerutu terhadap waktu yang memasung arah serta langkah
bahwa seberapa nyata bayang bisa terjamah jari jemari memeluk malam
pikir memasang lukisan kelam diantara selimut malam yang dingin
menjemput ingatan dongeng penghantar lelap
si kecil yang celotehnya bekukan senyum
wahai penyuci zaman penghilang dahaga kemarau panjang
seakan siang terik yang berkepanjangan merajai malam
tertulis abjad kerinduan yang menjadi matera pelipur lara
menjejaki detik bayang-bayang
disini terlukis sempurna wajahmu
bisik-bisik pengobat sedemikian rupa
tunggu disana akan kembali
tuk sekedar memberi menerima pula
di malam 24

29 Juni 2014
derasnya hari menyandingku di sisi terowongan kesendirian
memaksaku mulutku tuk sekadarnya berucap gemetaran
sunyi yang hening terbelah dari sepinya waktu
seakan lupa pada sangkar tempat disana pulas
sementara hari masih berbisik sepi
bahwa malam tak sendiri lagi

sembari ku hitung kembali jari jemariku
mengisyaratkan waktu yang berputar
menjadi penopang kesepian tuk sekedar ala kadarnya

simpan sajalah
aku masih menunggu dalam pikirnya
disini saat sendiri ku melukis lirik wajah
menulis kata pada dinding-dinding yang menatapiku
disepanjang hari

sanmisan di antara nyanyian kesendirian
sampaikan majas kecamuk yang menjamur
timpang suntuk dalam kantuk pisan
seperti bocah-bocah main hompimpa

ini hari aku disini melukis sayu

1 Juli 2014
beritahu aku dimana akan ku temukan kembali dzikir yang sempat menghilang jatuh diantara semak-semak belukar kelam
bagaimana bisa batu melebur dalam segelas air
sementara waktu tak seiya sekata
langit senja seakan mengkerut melihat mataku
mencari arah tiada tara
beritahu aku dimana akan kutemukan kembali dzikirku
 
7 Juli 2014
sebenarnya kepada siapakah harus bertanya apa?
yang menjelma awal alasan tuk menjamu
sapa manusia maknai sikap para pemalu
terdiam pada sisi kata-kata parau
bahwa jaln telah terisi seribu akar kesumat kacau
tatkala hidup begitu melebur dalam kuali kemarau
merampas jalanan yang sesekali masih terlihat biru
untuk sekedar perencanaan bahtera ke hulu
dahulu
lantas kepada siapakah harus bertanya apa?
inilah akhir dari setiap perjalanan
dari setiap langkah tapak zaman
sembari merampungkan kembali tuk sekedar tersimpan
dalam darah yang hanya diketahui saat berucap pada Tuhan
tangkup kelam terhaturkan menjadi saksi dalih sebuah kematian
terhantar ke lahat yang tak berulang sapaan
kemudian ditimbun tuk ritual pemusnahan
yaa Tuhan!
apakah harus berkata apa tuk tanya apa?
kembalikan Tuhan.

7 Juli 2014
untukmu,
kupersembahkan tangkup tangan ini
dikemudian hari.
untukmu,

7 Juli 2014
walau aku hanya abu yang terhempas angin siang
sebegitu asing tuk kau kenal sayang
satu nama yang ku ingatkan
di ujung jalan jika tubuh terhempaskan

9 Juli 2014
ampuni aku dari setiap nafas yang berderu diantara setiap ruang waktu sedemikian cepat berputar memaksaku terpaku dalam sesalku dan rundukku
bilamana malam mengataiku menyumpal setiap kata-kata
aku terhempas dalam debur ma;am yang menyapu tubuh
entahlah, begitu rumit tuk sekedar memaknai
sedikit kata tuk melebur suasana
walau sebegitu aneh yang tertata
tepi begitulah adanya
tak ada tanya serta
seperti adanya
ampuni aku.

9 Juli 2014
ketika rakyat di bingungkan dengan angka-angka
pada dua muka yang berbeda sangka
ketika rakyat di hadapkan dengan kata-kata
pada bibir-bibir sang pemuja
maka negeri ini menangis kawan
dahinya mengerut dengan muka meringis
bahwa rakyat telah terbawa gelombang angka dan kata
 
9 Juli 2014
kalau aku yang kau inginkan, maka bunuhlah aku!

18 Juli 2014
ketika bahasa megerutkan keningnya
dan suara sudah kehilangan arahnya
harus dengan apa lagi aku mengucapkan segala dari segala
sementara waktu terus mengejarku
aku berlari walau sesekali jatuh terjerembab
ku bangun tertatih sembari memcoba melihat wajah hari yang menyorotiku
sesekali aku bergumam walau tak ada bahasa lagiyang bisa tercipta
meneriaki diri tuk sekedar menanyakan arti teriakan tanpa suara
aku menengadah ke lagit biru berharap hujan datang membasahi tubuh ini
mengguyur borok dan luka
karena sudah lama tangis tak meneteskan air mata
seakan tak sudi menetesi borok dan luka ini
aku merunduk menatap wajah bumi
adakah peluh bumi yang mampu menyelimutiku
aga aku bisa merasakan perihnya
dan angin, putarlah kembali arah zaman agar aku bisa memberikan manis walau harus pahit yang ku terima
akan ku jjadikan jamu pengantar tidurku di pelukan perut bumi
dan bahasa tak lagi mengerutkan keningnya
suara mampu temukan lagi arahnya
waktu yang mengejarku akan ku tangkap
khan aku hatukan pada malam di pangkuan sajadah menghada Tuhan
menangkupkan rindu padanya
menyukupkan segala dari kekelaman
menjadi awal dan akhir oleh-Nya

19 Juli 2014
ketika zaman menyorotiku sedari awal yang kelabu
walau bahasa tak lagi mampu berkata-kata
seakan menjadi setitik asa agar bisa ku tegug rasa
memecahkan angan melumat kesumat kalbu
tapi waktu yang masih mengejarku tak henti-hentinya meneriakiku
seperti waktu ku kecil dulu di kejar lawan main petak umpet
berlarian dalam tawa
diantara gelagak hari tanpa dosa: polos
dan kini aku berlari sendiri
tanpa tawa
tanpa kata

21 juli 2014
salam sapa dariku untukmu
saat ku jejaki kembali jalanmu
nama yang telah melekat memeluk rindu
kurasakan kembali belaian desah anginmu
kurasakan kembali pelukan erat khasmu
kurasakan kembali auramu setelah sekian lama ku tak menjumpaimu
kurasa kan kurasa, kembali diharimu.

22 Juli 2014
pada bahasa penyaksian runduk ini
saat malam gerakku
serasa sunyi duduk selimutiku
dengan teriakan yang membisiki ingatan
melototi sekian rekaman mata
terkapar pada serambi penghambaan
menghantar rindu pada wajah hari
lalu
seperti lukisan pelipur lara
melelehkan kerasnya batu
melebur pada hujan yang menetes
sembari ku lantunkan nyanyian tanpa irama
pada angin malam penyelimut tubuh yang setia
pada rumput malam yang terlelap aku titipkan cerita
bahwa aku adalah terlahir dari setiap hela nafas
hidup diantara keramaian yang kemudian hilang
dan sunyi
kali ini ku hadir pada hari yang ku tinggalkan
menjadi satu satunya jalan tuk ku babat
walau tak satupun kata yang terucap
untuk aku hambakan tanpa jeda
karena hanya aku dan penentu sebagai kompas dan peta di setiap gerakku


5 Agustus 2014
bait dhuka lenakan pikirku
mendiami dunia
kemudian ku tekuk kembali
lipatan disakuku
begitu caranya membisuiku

8 Agustus 2014
yang melebihi dari segala disisi terpuja aku bertafakur

10 Agustus 2014
Episode yang Membincangkan Tentang Kita

Kala masa telah menghabiskan tojukna
Membawa langkahku pada potret sejarah kemaren malam
Begitu bekas menjadi luka yang amis
Anyir keberadaan berhambur di segala arah angin
Seakan menjadi sebab batu menjelma jadi kapas
Lantas, bagaimana malam yang terlewati
Mengulang kembali harinya
Pada wajah-wajah tanpa tanya
Sementara waktu mendorong mengiringi lorong-lorong tak berujud

Saat ku saot harimu
Seakan masa telah bangkit kembali
dalam lelap
Sesekali ajulit loka yang abhilet pesakitan
terbekam oleh bahasa-bahasa tak terbaca
Namun persilahkanlah masa menjadi sejarah
Tentang malam yang terpisah
Seperti masamu yang tampak
Tampak menunggu penjemputan tuan

Masaku masih begitu rumit kumaknai
Jalanku masih sulit ku tapaki
Sementara kelok batu parit terus mengiringi kakiku
Terkadang darah harus menjadi bekas disetiap tapakan
Dan luka menjadi saksi diperjalanan
Aku bekam mulutku dalam perih walau tubuh terhempas disekitar waktu
Tersungkur diantara bebatuan
dan darah yang masih menetes biar mengering
Walau sesekali harus ku usap dengan tanya dan harap

Namun ini hari dimana aku berdidri di zamanku
Di bawah terik mentari dan hujan yang mengguyur tubuhku
Menangkupkan tangan dengan segala penghambaan
Di setiap jalan yang telah ku pilih sendiri
Dzikirku di ruang dialektika penghambaan

12 Agustus 2014
zamanku sudah menjamur Tuan, Menjadi karang di kedalaman dua ribuan mil.
Jikalau tak lahir maka duniapun tak kan mencatat namaku di batu nisan
Menjadi kubur tuk sekedar mengenang
Hari yang begitu saja berlalu diantara dentang lonceng gereja
Keluar dai segala kebuntuan kata-kata
dan kini hariku telah ku simpan jauh disana
Pada zaman yang menyapaku dengan beribu bahasa dan wajah

14 Agustus 2014
Kepada yang berdikari
di atas pijakan tuan

Saya silahkanmu untuk menikmati pagi di secangkir kopi bersama abjad-abjad pembawa kabar
Duduk manis laksana di singgasana diraja
Sedikit terhaman tuk sekedar memecah keheningan
Kemudian dikau bersiul pada burung yang tak memahamimu
Ha ha, begitu malunya saya lihat di wajahmu
Alangkah bosan
Alangkah,
Disaat mata mulai mengeja, saya lihat kerut dikeningmu
Entahlah, kau tak mengatakannya padaku
Namun, silahkanlah saya mengejamu dengan kata dan rasa
Agar kau bisa berkaca di matamu nanti,
Terimakasih.

hormat saya
Saya yang kau sangka

17 Agustus 2014
Di atas pijakan bekas darah yang menyungai lalu
kembali beri arti pada nisan-nisan yang gugur kemaren
membentang masa yang telah terulang lagi
tak sama

18 Agustus 2014
dan sementara matotok panyo'on raksa
diantara kebisingan yang memcah keheningan
ku serukan rasa pada setiap pangaoningan
aku masih disini
dizamanku

2 September 2014
sebutkalah kata dalam raungan sang pendiam
tuk pecahkan masa

4 September sekitar Kota Surabaya
Buka pintu hatimu, melihat dengan mata hatimu
Ikutilah Langkah kakimu dengan mengikuti suara hatimu
Jangan menyesali yang telah berlalu,
melangkah dengan pasti untuk masa depan yang lebih ceria.

7 September 2014
seberapa pantas mengakui aku
sedang suara senja masih menyimpan keluh kesahnya pada sang mimpi
menulis cerita yang pernah tertutup rapat di peti mati
melukis tentang pada kanvas dunia yang masih memelototiku
sehingga rundukku seakan tak mampu utarakan kata-kata
bahkan bahasapun tak mau membantuku tuk sekedar memaknainya
sulit bagiku tu menatap wajah suara senja
sunyi yang mampu memberikan asa diantara dedaunan dimusim gugur
diperalihan malam yang pekat ku coba renungi sela demi sela wajahmu
seakan hidup ini hanya ada mimpi dalam lelap yang tak berkesudahan
darah yang masih mengalir mengelitiki aku dalam lamunan
menjelma menjadi obat penenang walau hanya sekadarnya
sementara dunia masih saja memelototiku
gundah, sunyi, sepi dan rengsa
masih saja ku temukan di sepanjang jalan yang ku tapaki
kalau saja aku tak terbangun di malam ini
maka tolong akuilah aku sebagai pecundang
dan bangunkan aku sebagai manusia baru